Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan
digitalisasi mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi
syariah di Indonesia. Sebab, penggunaan teknologi digital
membuat transaksi keuangan dan ekonomi syariah menjadi lebih efisien dan cepat.
"Transformasi digital dapat mempercepat pendanaan ekonomi Islam dari desa
kecil saya di Solo sampai ke Abuja di Nigeria. Cukup dengan klik di handphone (telepon seluler),"
ucap Perry di sela Islamic Financial Service
Board (IFSB) Summit di JCC, Jakarta, pada Rabu (12/11).
Kendati begitu, sambungnya, para pemangku kebijakan dan pelaku ekonomi syariah
perlu melakukan beberapa langkah untuk memaksimalkan penggunaan digitalisasi di
sektor syariah. Pertama, melakukan digitalisasi di
sektor keuangan, khususnya bank.
Caranya, dengan mengubah sistem pelayanan bank dari yang sebelumnya manual dan terbatas di kantor
cabang dengan berbasis aplikasi. Aplikasi itu harus mampu diakses dari
perangkat seluler di manapun.
"Kami mendorong agar mereka (bank) memberikan pelayanan
terbuka dengan teknologi digital agar dapat menyediakan banyak aplikasi,"
katanya.
Menurut Perry, digitalisasi harus lebih dulu dilakukan di bank karena lembaga
keuangan ini menjadi pilar utama dalam sektor keuangan syariah. Transaksi di
perbankan menjadi penyumbang utama ekonomi syariah.
Kedua, mengembangkan perusahaan
jasa keuangan berbasis teknologi (financial technology/fintech)
berbasis syariah. Caranya, dengan mengolaborasikan fintech yang akan menjadi
pemain penunjang dengan bank sebagai pemain utama di sektor keuangan.
Ketiga, mengembangkan perusahaan
rintisan (startup) yang mampu menopang
aktivitas ekonomi syariah. Misalnya, ekonomi yang digerakkan oleh Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM), pondok pesantren, dan bank wakaf mikro.
Keempat,
meningkatkan penetrasi pembayaran digital berbasis kode biometrik alias quick respons (QR).
"Saat ini kami sedang proses interlink standar
kami dengan Malaysia, Singapura, Pakistan, dan Arab Saudi agar petani di desa
dapat menggunakan interlink QR dengan Pakistan. Ini untuk menggantikan
infrastruktur sistem pembayaran ritel," jelasnya.
Kelima, kolaborasi tanpa batas
dengan pemangku kebijakan syariah di negara-negara lain, khususnya terkait
keamanan pertukaran informasi, data, dan dana. "Transformasi digital
inilah yang bisa membuat kita sustainable dan
inklusif, sehingga membawa kesejahteraan," ujarnya.
Senada, mantan gubernur Bank Negara Malaysia Zeti Akhtar Azis yang turut hadir
dalam forum tersebut menyatakan bahwa digitalisasi memang bisa mendongkrak
ekonomi syariah di sejumlah negara-negara berpenduduk muslim. Sekalipun ada
bayang-bayang disruptif, teknologi digital tetap memberi manfaat berupa
efisiensi, kecepatan, dan keterjangkauan yang luas.
"Misalnya Alipay dari China, itu telah secara
signifikan mengurangi biaya transaksi dan meningkatkan efisiensi ekonomi, namun
perkembangan ini perlu aturan dan standar keselamatan cyber yang perlu diatasi,"
tuturnya.
Komentar
Posting Komentar