Penetrasi internet di Indonesia telah
mencapai lebih dari 160 juta orang. Penetrasi ini juga berpengaruh terhadap
beberapa aspek dalam berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan hingga bimbingan
belajar (bimbel).
Menjamurnya perusahaan rintisan (startup) pendidikan atau bimbel online
merupakan penanda dampak penetrasi digital. Siswa dapat memahami pelajaran di
sekolah melalui perangkat teknologi seperti laptop dan ponsel.
Sistem pembelajarannya pun bermacam-macam, salah satunya dengan menggunakan
aplikasi belajar yang bisa diunduh secara gratis. Tentu bimbel online
menawarkan bimbingan belajar online yang tak gratis.
Di dalam aplikasi bimbel online tersebut memuat ribuan konten video belajar
yang langsung dijelaskan oleh guru. Selain itu, terdapat pula kuis soal-soal
untuk menguji kemampuan diri serta hasil akhir berupa rapor online.
Ruangguru misalnya, menawarkan tarif dari Rp790 ribu hingga
Rp1,4 juta untuk paket Ruanglesonline (tempat bertanya dengan tutor secara
personal) dan Ruangbelajar (pake video, kuis, latihan soal dan modul bimbel).
Harga tersebut tergantung durasi paket serta tergantung jenjang pendidikan.
Selain Ruangguru, ada juga Quipper yang menawarkan harga dari Rp540 ribu hingga
Rp1 juta. Zenius menawarkan paket yang berdasarkan durasi paket mulai dari
Rp165 ribu hingga Rp440 ribu.
Jika dibandingkan dengan bimbel konvensional seperti Ganesha Operation, Nurul
Fikri, Inten, Salemba Group hingga Sony Sugema College, tentu harga yang
ditawarkan bimbel online sangat menggiurkan.
Harga bimbel konvensional cukup bervariatif, dari rentang Rp4,9 juta hingga RP
19,5 juta untuk paket SMA selama satu tahun. Di sisi lain, jenjang tarif bimbel
online untuk jenjang SMA plus paket UN dan SBMPTN selama satu tahun
dimulai dari harga Rp790 ribu hingga RP1,4 juta.
Kendati demikian, harga bimbel online yang murah tidak sekonyong-konyong akan
menghapus bimbel konvensional. Hal tersebut disampaikan oleh pengamat
pendidikan Doni Koesoema, baginya bimbel online merupakan sebuah tren yang tak
bisa dihalangi sebagai dampak kemajuan teknologi.
Dengan harga yang lebih mahal dari bimbel online, bimbel konvensional masih
menjadi pilihan. Bimbel konvensional masih menjadi pilihan selama kualitas guru
yang ditawarkan bisa membantu anak mendapatkan nilai terbaik di sekolah.
"Bimbingan reguler non aplikasi memang menjamur dan biaya tergantung.
Namun, mahal atau tidak, itu relatif. Mahal tapi efektif, pasti orang tua juga
akan membelinya," kata Doni saat dihubungi
Doni mengatakan yang murah belum tentu efektif. Kedua bimbel
memang membantu siswa untuk meningkatkan nilai terbaik. Akan tetapi,
menurut Doni yang keliru adalah membuat citra bahwa dengan bimbel online siswa
akan berprestasi. Kesimpulan ini disebutnya terlalu tergesa-gesa dan tanpa
bukti yang jelas.
Padahal keberhasilan peningkatan nilai oleh bimbel tergantung pada siswa itu
sendiri, ditambah dengan kualitas guru bimbel. Menurut Doni, bimbel online di
tangan anak yang rajin dan mau belajar akan menjadi alat efektif.
"Tapi di tangan anak yg malas dan manipulatif, aplikasi bimbel online
hanya dipakai mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah dengan tanya kepada
pembimbingnya. Anaknya sendiri tidak belajar, makna belajar adalah
kemandirian," kata Doni.
Doni mengatakan bimbel online tidak menjamin memiliki guru-guru berkualitas,
begitu pun sebaliknya. Oleh karena itu ia meminta agar jangan sampai terjadi
generalisir kualitas guru di bimbel online.
Kualitas guru ini yang akan membuat orang tua rela merogoh kocek dalam demi
buah hatinya. Ia menjelaskan sayangnya ada orang tua yang asal memilihkan
bimbel konvensional tanpa tahu kualitas pengajarnya.
"Meski bayar mahal, orang tua masih memilih mempercayakan anak-anaknya
pada sosok guru yg baik, menjadi teladan, dengan demikian, urusannya bukan
sekadar bimbel, tapi pendidikan karakter," tuturnya.
Menyoal konsep bimbel online yang hanya terjadi di ruang maya, baik itu video
maupun video call interaktif, Doni membahas soal pendidikan karakter. Kemampuan
soft skill tentu lebih terasah dengan adanya diskusi hingga interaksi di dunia
nyata.
"Kalau orang tua ingin anaknya bisa mengobrol, diskusi, konsentrasi, dan
mungkin dengan berjumpa guru yang baik perilakunya berubah, mungkin
memilih bimbel konvensional melalui guru-guru yang dikenal akan lebih mudah
mencapai tujuan daripada dengan bimbel online,"kata Doni.
Di sisi lain, Pengamat Pendidikan Universitas Paramadina, Mohammad Abduhzen
mengatakan bimbel online memang menawarkan bimbel yang lebih bebas, efisien dan
mandiri. Di sisi lain, konvensional memang lebih terikat, dan kurang efisien
dari segi waktu.
Akan tetapi, dari segi efektivitas hasil dari bimbel, Abduhzen mengatakan
bimbel konvensional lebih unggul karena menawarkan proses belajar-mengajar di
ruang kelas nyata, bukan virtual. Interaksi antara guru dengan siswa dianggap
lebih efektif untuk membuat siswa mengerti soal pelajaran.
"Lebih efektif bimbel konvensional. Online positifnya lebih bebas,
fleksibel, dan mandiri. Konvensional lebih terikat, terbatas, dan kurang
efisien dari sisi waktu," kata Abduhzen.
Ganesha Operations, dan Sony
Sugema College agar memberikan data jumlah siswa dan pendapatan dari 2016
hingga 2019 untuk melihat dampak bimbel online terhadap bimbel konvensional.
Akan tetapi ketiga bimbel menolak untuk memberikan data-data tersebut.
Mereka beralasan data-data tersebut tidak dipublikasikan karena bersifat
internal.
Platform Bimbel Online
Pemerintah
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesungguhnya
memiliki portal belajar online, yaitu Rumah Belajar. Rumah belajar telah
disiapkan oleh pemerintah sejak 2011, tapi tidak digarap dengan serius.
Doni mengatakan Rumah Belajar harus menjadi perhatian pemerintah untuk membantu
seluruh siswa agar bisa merasakan bimbel online. Belum lagi mengingat dengan
adanya proyek infrastruktur kabel optik Palapa Ring yang mendukung konektivitas
internet merata di seluruh pelosok Indonesia.
Demi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, Doni memberi pesan kepada
Mendikbud Nadiem Makarim untuk bisa mengembangkan Rumah Belajar agar menjadi
platform belajar digital.
Ia berharap agar Nadiem bisa memastikan bahwa layanan tersebut bisa diakses
guru dan siswa Indonesia secara gratis sebagai salah satu tempat belajar.
"Pemerintah mesti ikut bermain di e-learning yang dapat diakses oleh semua
anak Indonesia. Bukan untuk menyaingi e-learning swasta berbayar. Dengan
platform ini kualitas pendidikan akan meningkat cepat," katanya.
Komentar
Posting Komentar