Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Biaya Tinggi Pengelolaan Daur Ulang Sampah Plastik Lokal


Asosiasi Daur Ulang Plastik (ADUPI) mengeluhkan tingginya biaya yang dibutuhkan untuk mendapat bahan baku daur ulang di dalam negeri. Mahalnya harga bahan baku ini akibat buruknya kualitas sampah di Indonesia.

Sehingga, ia mengatakan pihaknya harus mengimpor bahan baku dari luar negeri untuk industri daur ulang. Ia mengatakan kualitas bahan baku daur ulang di Indonesia juga buruk karena sampah tidak dipilah dari sumbernya.

"Kualitas sampah di Indonesia kebanyakan tidak cocok untuk industri daur ulang karena salahnya sendiri kita tidak memilah sampah kita dari sumbernya, jadi kotor," papar Ketua Umum ADUPI Christine Halim pada konferensi pers di Jakarta, Selasa (21/11).

Hal senada diungkap Kepala Seksi Daur Ulang Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah KLHK, Tyasning Pernamasari. Menurutnya seringkali sampah di dalam negeri masih harus dipilah dan dibersihkan terlebih dulu. Hal inilah yang membuat biaya pengelolaan sampah yang daur ulang yang diambil dari dalam negeri jadi lebih mahal ketimbang mengimpor sampah daur ulang dari luar negeri.

Hal lain yang membuat pengolahan sampah daur ulang dalam negeri mahal menurut Christine karena terlalu banyak jenjang pengumpulan sampah. Mulai dari pemulung hingga ke pengepul besar.

"Kita ini mahal bahan baku di Indonesia ini akibat terlalu bayak jenjang pengumpulan itu. Akhirnya kita cuma jadi raja kecil di negara sendiri," katanya.

Ia mengatakan dibandingkan dengan China, Indonesia tidak memiliki kesadaran sendiri untuk memilah sampah dari sumber. Selain sudah ada kesadaran masyarakat, jenjang pengumpulan sampah di negeri itu pun hanya melewati tiga tahap.

Tahap pertama dimulai dari penduduk yang memisahkan sampah sendiri, lalu diambil oleh perusahaan waste management, dan disortir menggunakan mesin. Efektivitas pengolahan sampah ini pun membuat harga bahan baku daur ulang jadi lebih murah.

Selain itu ADUPI menilai, mengekspor produk daur ulang lebih menguntungkan ketimbang menjualnya di dalam negeri. Menurut Christine, harga produk daur ulang di luar negeri bisa dijual 50 persen lebih mahal dibandingkan di pasar domestik.

Ia pun mencontohkan plastik daur ulang di Indonsia bisa dijual US$800 (Rp11,2 juta; kurs Rp14.104) per metrik ton. Tapi ketika produk ini diekspor bisa mencapai US$1200 (Rp16,9 juta) per metrik ton.

"Di dalam negeri kalau bisnis di sini juga harus PPN 10 persen," tandas Christine.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini