Industri penerbangan diterpa krisis
terhebat sepanjang masa imbas wabah virus corona.
Pandemi ini bak badai yang membuat pesawat-pesawat gagal terbang.
Menurut United Airlines wabah penyakit yang mulai muncul pada Desember 2019 itu
menyebabkan permintaan perjalanan udara turun drastis.
Analis yang disurvei penyedia data infrastruktur dan pasar keuangan, Refinitiv,
memperkirakan pendapatan maskapai turun lebih dari 200 persen pada kuartal
pertama. Tak berbeda jauh, data Factset juga menyebut setiap maskapai akan
merugi.
Dikutip dari CNN.com, perusahaan penerbangan
diprediksi mengalami kerugian miliaran dolar AS pada kuartal I 2020. Padahal,
periode yang sama tahun lalu masih mencetak laba.
United menyebut telah menelan
kerugian hingga US$2,1 miliar atau Rp32,7 triliun pada kuartal pertama,
sementara kerugian operasi akan mencapai US$1 miliar sekitar Rp15,5 triliun.
Situasi ini merupakan yang terburuk sepanjang sejarah. Penurunan perjalanan
udara setelah serangan 11 September 2001 atau resesi 2008 hingga 2009 bukan
tandingan bagi imbas pandemi virus corona.
United, Delta, dan America, yang merupakan operator utama di AS saat ini
sebelumnya tak pernah melaporkan kerugian dalam lebih dari lima tahun.
Sebenarnya pada Januari, Februari, hingga awal Maret bisnis maskapai
berlangsung normal sebelum kemudian terjun bebas.
Administrasi Keamanan Transportasi AS mencatat jumlah orang
di bandara turun 95 persen dibanding April tahun lalu. Sebelumnya pada Maret
tercatat penurunan 51 persen.
Maskapai-maskapai sudah memangkas jadwal penerbangan bulan Mei hingga 90 persen
dan memprediksi kondisi yang sama bakal berlanjut setidaknya hingga 2021.
Untuk menghadapi krisis, kongres AS menyetujui hibah dan pinjaman berbunga
rendah senilai US$25 miliar sekitar Rp389 triliun, dengan syarat maskapai tidak
memberlakukan pemutusan hubungan kerja, merumahkan karyawan, atau pemotongan
gaji terhadap 750 ribu karyawan hingga September.
Analis maskapai JPMorgan Chase menulis pekerja industri maskapai akan
menghitung hari hingga Oktober atau setelah melewati batas durasi syarat
pemerintah AS.
"Sayangnya kami tidak melihat cara maskapai penerbangan AS untuk
menghindari PHK besar-besaran," tulis Jamie Baker.
Komentar
Posting Komentar