Respons Ramalan IMF, BI Pede Ekonomi RI 2,3 Persen pada 2020
Bank Indonesia (BI)
masih meyakini pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan berada di kisaran 2,3 persen pada tahun ini. Pernyataan ini
merespons ramalan Dana Moneter Internasional (International
Monetary Fund/ IMF) yang
memperkirakan ekonomi Indonesia cuma mampu melaju 0,5 persen di tengah pandemi
virus corona.
Gubernur BI Perry Warjiyo menilai proyeksi dari berbagai lembaga sejatinya sah-sah saja, namun bank sentral nasional dan pemerintah sejatinya juga masih yakin bahwa tekanan ekonomi pada tahun ini masih bisa membuat Indonesia menikmati pertumbuhan di atas dua persen. Menurutnya, proyeksi dari mana pun sangat bergantung pada berapa lama estimasi pemulihan ekonomi itu sendiri.
"Termasuk dari IMF maupun (proyeksi) pemerintah dan BI, itu semua sangat tergantung pada pola V shape-nya seperti apa, apa bottomline-nya satu bulan atau dua bulan atau bagaimana. Lalu, pola
Gubernur BI Perry Warjiyo menilai proyeksi dari berbagai lembaga sejatinya sah-sah saja, namun bank sentral nasional dan pemerintah sejatinya juga masih yakin bahwa tekanan ekonomi pada tahun ini masih bisa membuat Indonesia menikmati pertumbuhan di atas dua persen. Menurutnya, proyeksi dari mana pun sangat bergantung pada berapa lama estimasi pemulihan ekonomi itu sendiri.
"Termasuk dari IMF maupun (proyeksi) pemerintah dan BI, itu semua sangat tergantung pada pola V shape-nya seperti apa, apa bottomline-nya satu bulan atau dua bulan atau bagaimana. Lalu, pola
recovery-nya
seperti apa dan tergantung pada penanganan Covid-19 di masing-masing
negara," jelas Perry, Rabu (22/4).
Sementara estimasi pertumbuhan ekonomi 2,3 persen pada tahun ini berasal dari pertimbangan penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia. Kebijakan ini bertujuan untuk membatasi pandemi corona.
"Di Indonesia, PSBB di daerah akan memperpendek pola V shape dan mempercepat
pemulihan," katanya.
Kemudian, pemerintah dan BI pun turut memitigasi dampak lebih lanjut bagi ekonomi nasional dengan berbagai paket stimulus. Stimulus fiskal diberikan dengan anggaran penanganan pandemi dengan nilai mencapai Rp405,1 triliun dengan sasaran utama ekonomi masyarakat menengah ke bawah.
Sedangkan stimulus moneter dan makroprudensial melalui penurunan tingkat suku bunga acuan, pelonggaran batas pencadangan kas bank di BI, dan lainnya. Tujuannya, agar tekanan ekonomi akibat pandemi corona tidak menekan sektor keuangan terlalu dalam.
"Tidak hanya program pemulihan ekonomi, tapi ada juga reformasi struktural untuk meningkatkan investasi dan pengaruh tingginya pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
Kemudian, pemerintah dan BI pun turut memitigasi dampak lebih lanjut bagi ekonomi nasional dengan berbagai paket stimulus. Stimulus fiskal diberikan dengan anggaran penanganan pandemi dengan nilai mencapai Rp405,1 triliun dengan sasaran utama ekonomi masyarakat menengah ke bawah.
Sedangkan stimulus moneter dan makroprudensial melalui penurunan tingkat suku bunga acuan, pelonggaran batas pencadangan kas bank di BI, dan lainnya. Tujuannya, agar tekanan ekonomi akibat pandemi corona tidak menekan sektor keuangan terlalu dalam.
"Tidak hanya program pemulihan ekonomi, tapi ada juga reformasi struktural untuk meningkatkan investasi dan pengaruh tingginya pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
Kendati cukup optimis untuk tahun ini, BI memperkirakan
ekonomi Indonesia tahun depan kemungkinan akan berada di kisaran 5,2 persen
sampai 6 persen. Proyeksi ini lebih rendah dari ramalan IMF yang mencapai 8,2
persen pada tahun depan.
"Tahun depan lebih dari 5,2 persen, bisa ke 6 persen karena pemulihan ekonomi dan base statistic yang rendah di tahun ini. Jadi akan lebih tinggi karena base effect tahun ini rendah," ujarnya.
"Tahun depan lebih dari 5,2 persen, bisa ke 6 persen karena pemulihan ekonomi dan base statistic yang rendah di tahun ini. Jadi akan lebih tinggi karena base effect tahun ini rendah," ujarnya.
Komentar
Posting Komentar