Corona Bikin Transjakarta, KRL, MRT, dan LRT Sepi Penumpang
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menyatakan jumlah
penumpang angkutan umum di ibu kota dan kota-kota satelit menurun selama masa
penyebaran pandemi virus corona
atau covid-19. Sebut saja Transjakarta,
Kereta Rel Listrik (KRL), Moda Transportasi Raya (MRT), Lintas Rel Terpadu
(LRT), hingga bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP).
Kepala BPJT Polana B Pramesti mengatakan penurunan jumlah penumpang bahkan terjadi sebelum penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta pada 10 April 2020 dan PSBB Kota Depok, Kabupaten dan Kota Bekasi, serta Kabupaten dan Kota Bogor pada 15 April 2020.
Begitu pula dengan
Kepala BPJT Polana B Pramesti mengatakan penurunan jumlah penumpang bahkan terjadi sebelum penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta pada 10 April 2020 dan PSBB Kota Depok, Kabupaten dan Kota Bekasi, serta Kabupaten dan Kota Bogor pada 15 April 2020.
Begitu pula dengan
"DKI pada Maret 2020 sudah
berinisiasi melakukan berbagai pembatasan termasuk pembatasan transportasi,
sehingga pada Maret sudah mulai terjadi penurunan pengguna angkutan umum massal
yang cukup berarti," ujar Polana dalam keterangan tertulis, Senin (20/4).
Data BPJT mencatat jumlah penumpang Transjakarta hanya mencapai 83 ribu orang per hari pada 1-15 April 2020. Padahal, saat kondisi normal, misalnya pada Januari 2020, jumlah penumpang Transjakarta bisa mencapai 840 ribu orang per hari.
Bahkan, penurunan jumlah
penumpang sudah terjadi sejak Maret, yaitu hanya mencapai 550 ribu orang per
hari atau turun 34,52 persen dari Januari 2020.
Begitu pula dengan jumlah penumpang KRL yang hanya mencapai 183 ribu orang per hari pada 1-15 April 2020. Pada Januari 2020, jumlah penumpang masih sekitar 859 ribu orang per hari. Sementara pada Maret 2020, hanya sekitar 598 ribu orang per hari atau turun 30,38 persen dari awal tahun.
Sedangkan jumlah penumpang MRT hanya mencapai 5.000 orang per hari pada 1-15 April. Biasanya, jumlah moda transportasi ini mencapai 85 ribu orang per hari pada Januari 2020.
Penurunan jumlah penumpang juga terjadi sejak Maret mencapai 45 ribu atau turun 47,05 persen dari Januari 2020.
Begitu pula dengan jumlah penumpang KRL yang hanya mencapai 183 ribu orang per hari pada 1-15 April 2020. Pada Januari 2020, jumlah penumpang masih sekitar 859 ribu orang per hari. Sementara pada Maret 2020, hanya sekitar 598 ribu orang per hari atau turun 30,38 persen dari awal tahun.
Sedangkan jumlah penumpang MRT hanya mencapai 5.000 orang per hari pada 1-15 April. Biasanya, jumlah moda transportasi ini mencapai 85 ribu orang per hari pada Januari 2020.
Penurunan jumlah penumpang juga terjadi sejak Maret mencapai 45 ribu atau turun 47,05 persen dari Januari 2020.
Sama halnya dengan jumlah penumpang LRT yang hanya sebanyak
264 orang per hari pada 1-15 April 2020. Padahal, jumlah penumpang harian bisa
mencapai 3.800 orang. Pada Maret 2020, jumlah penumpang cuma 2.000 orang per
hari atau turun 47,36 persen dari waktu normal.
Polana mengatakan penurunan jumlah penumpang juga terjadi karena jam operasional masing-masing angkutan umum berkurang. Angkutan umum di DKI Jakarta hanya boleh beroperasi mulai pukul 06.00 hingga 18.00 WIB, sementara di Bodetabek sekitar 05.00 sampai 19.00 WIB.
Lebih lanjut, ia memperkirakan penurunan jumlah penumpang akan terus berlanjut ke depan. Begitu pula, dengan jumlah penumpang angkutan umum di luar Jabodetabek, meski belum diketahui data pastinya.
Di sisi lain, ia memastikan jumlah pelanggaran di sektor angkutan umum terhadap ketentuan PSBB relatif kecil karena awak pengendara dan penumpang cenderung menaati protokol kesehatan nasional. Misalnya, menjaga jarak dan menggunakan masker.
Polana mengatakan penurunan jumlah penumpang juga terjadi karena jam operasional masing-masing angkutan umum berkurang. Angkutan umum di DKI Jakarta hanya boleh beroperasi mulai pukul 06.00 hingga 18.00 WIB, sementara di Bodetabek sekitar 05.00 sampai 19.00 WIB.
Lebih lanjut, ia memperkirakan penurunan jumlah penumpang akan terus berlanjut ke depan. Begitu pula, dengan jumlah penumpang angkutan umum di luar Jabodetabek, meski belum diketahui data pastinya.
Di sisi lain, ia memastikan jumlah pelanggaran di sektor angkutan umum terhadap ketentuan PSBB relatif kecil karena awak pengendara dan penumpang cenderung menaati protokol kesehatan nasional. Misalnya, menjaga jarak dan menggunakan masker.
Penumpang Bus AKAP Turun
Data BPTJ juga mencatat penurunan jumlah penumpang bus AKAP, khususnya di Terminal Baranangsiang (Bogor), Terminal Jatijajar (Depok), Terminal Poris Plawad (Kota Tangerang), dan Terminal Pondok Cabe (Kota Tangerang Selatan).
Jumlah penumpang yang datang ke Terminal Baranangsiang berkisar 20.164 orang pada Januari 2020. Jumlahnya kemudian berkurang 3,55 persen dari Januari menjadi 19.448 orang pada Februari 2020 dan merosot 83,35 persen menjadi 3.356 orang pada Maret 2020.
Sementara, jumlah penumpang yang berangkat dari Terminal Baranagsiang sebanyak 50.718 orang pada Januari 2020. Lalu, turun 13,57 persen menjadi 43.832 orang pada Februari 2020 dan anjlok 83,3 persen menjadi 8.467 orang pada Maret 2020.
Kemudian, jumlah penumpang yang
datang ke Terminal Jatijajar sebanyak 3.297 orang pada Januari 2020. Jumlah
penumpang turun 47,4 persen menjadi 1.734 orang pada Februari 2020 dan tergerus
hingga 63,99 persen menjadi 1.187 orang pada Maret 2020.
Begitu pula jumlah penumpang yang berangkat dari terminal ini, tercatat mencapai 17.104 orang pada Januari 2020. Namun, jumlahnya turun 16,83 persen menjadi 14.225 orang pada Februari dan berkurang 27,28 persen menjadi 12.437 orang pada Maret 2020.
Lalu, jumlah penumpang yang datang ke Terminal Pondok Cabe sebanyak 1.401 orang pada Januari 2020. Jumlahnya kemudian turun 28,76 persen menjadi 998 orang pada Februari 2020 dan merosot 37,04 persen menjadi 882 orang pada Maret 2020.
Begitu pula jumlah penumpang yang berangkat dari terminal ini, tercatat mencapai 17.104 orang pada Januari 2020. Namun, jumlahnya turun 16,83 persen menjadi 14.225 orang pada Februari dan berkurang 27,28 persen menjadi 12.437 orang pada Maret 2020.
Lalu, jumlah penumpang yang datang ke Terminal Pondok Cabe sebanyak 1.401 orang pada Januari 2020. Jumlahnya kemudian turun 28,76 persen menjadi 998 orang pada Februari 2020 dan merosot 37,04 persen menjadi 882 orang pada Maret 2020.
Jumlah penumpang keberangkatan dari terminal ini juga turun
12,49 persen dari 2.289 orang pada Januari 2020 menjadi 2.003 orang pada
Februari 2020. Lalu, turun 8,16 persen menjadi 2.102 orang pada Maret 2020.
Terakhir, di Terminal Poris Plawad, jumlah penumpang yang datang pada Januari 2020 berkisar 4.777 orang. Kemudian, turun 43,1 persen menjadi 2.718 orang pada Februari 2020 dan menyusut 52,98 persen menjadi 2.246 orang pada Maret 2020.
Begitu pula dengan jumlah penumpang keberangkatan dari terminal ini, turun 7,13 persen dari 20.298 orang pada Januari 2020 menjadi 18.849 orang pada Februari 2020. Namun justru mencapai 20.292
Terakhir, di Terminal Poris Plawad, jumlah penumpang yang datang pada Januari 2020 berkisar 4.777 orang. Kemudian, turun 43,1 persen menjadi 2.718 orang pada Februari 2020 dan menyusut 52,98 persen menjadi 2.246 orang pada Maret 2020.
Begitu pula dengan jumlah penumpang keberangkatan dari terminal ini, turun 7,13 persen dari 20.298 orang pada Januari 2020 menjadi 18.849 orang pada Februari 2020. Namun justru mencapai 20.292
orang pada Maret 2020 atau mendekati jumlah awal tahun.
Komentar
Posting Komentar