Virus
Corona dikabarkan pertama kali diidentifikasi oleh ahli
mikrobiologi Ali Mohamed Zaki yang bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Dr.
Soliman Fakeeh, Arab Saudi,
pada September 2019.
Melansir The Guardian, Ali diminta oleh seorang dokter untuk mengidentifikasi
virus di dalam tubuh seorang pasien berusia 60 tahun yang tengah dirawat karena
mengalami pneumonia parah di RS Dr. Soliman Fakeeh, Juni 2019.
Dalam tes laboratorium pertama kali, Ali gagal mengidentifikasi virus tersebut.
Sehingga, dia mengirim sampel virus yang dimilikinya ke laboratorium virologi
Erasmus Medical Centre di Rotterdam, Belanda.
Sambil menunggu hasil EMC memeriksa, Ali mencoba kembali tes laboratorium
terhadap virus itu dan hasilnya positif. Penelitian menyebut bahwa pasien
terinfeksi patogen yang disebut virus Corona, sejenis SARS.
Mengetahui hal itu, Zaki lantas mengirim email ke EMC untuk
mengumumkan bawah ada sebuah virus bernama Corona yang belum pernah diketahui
sebelumnya.
Zaki juga mengunggah temuannya di proMED, sistem pelaporan internet yang
dirancang untuk secara cepat berbagi rincian penyakit menular dan wabah untuk
mengingatkan ilmuan lain.
Namun, langkah yang dilakukan oleh Zaki dianggap merugikan pemerintah Arab
Saudi. Zaki dipecat dari RS tempatnya bekerja karena intervensi Kementerian
Kesehatan Arab Saudi.
"Mereka tidak suka ini muncul di proMED. Mereka memaksa rumah sakit untuk
mengakhiri kontrak saya. Saya terpaksa meninggalkan pekerjaan saya karena ini,
tetapi itu adalah tugas saya. Ini adalah virus yang serius," kata Zaki.
Pemecatan Zaki berdampak terhadap pasien yang diambil sampel dahaknya untuk
diteliti. Pasien itu meninggal 11 hari kemudian akibat gangguan pernapasan
hingga kerja ginjal dan organ lainnya.
Zaki sekarang bekerja di universitas Ain Shams di Kairo. Dalam beberapa minggu
ke depan, dia berencana untuk memeriksa sampel darah dari pasien di salah satu
rumah sakit untuk melihat apakah ada infeksi yang tidak diketahui atau tidak
dilaporkan.
Dia mendukung keputusannya untuk mengumumkan situasi bahaya kepada dunia,
meskipun ada keberatan dari pejabat kesehatan Saudi. "Aku tidak yakin pada
saat itu apa yang sedang terjadi. Aku tidak tahu apa yang ada di
tanganku," kata Zaki.
Lebih lanjut, virus Corona meningkat sejak virus terungkap pada September 2019.
Arab Saudi menyebut ada 15 orang yang terjangkit Corona di mana satu di
antaranya meninggal pekan ini.
Jumlah kasus di Arab Saudi
memang belum mengkhawatirkan. Namun, fakta virus Corona yang menyebar ke
berbagai wilayah memicu adanya kemungkinan terburuk.
"Kami tidak tahu apakah virus ini memiliki kemampuan untuk memicu epidemi
penuh. Kami benar-benar dalam kegelapan tentang hal itu," kata Ron
Fouchier, seorang ahli virologi molekuler EMC.
Melansir Nature, otoritas Arab Saudi mengklaim Zaki melakukan penelitian
ilegal, termasuk saat mengirim sampel virus ke Belanda. Wakil Menteri Kesehatan
Arab Saudi, Ziad Memish menegaskan bahwa prosedur nasional mewajibkan untuk
melaporkan potensi patogen baru.
Dia juga menekankan bahwa di bawah Peraturan Kesehatan Internasional WHO
memerintahkan semua negara anggota harus melaporkan kepada organisasi setiap
kasus penyakit parah yang tidak biasa dan tidak teridentifikasi yang dapat
menjadi perhatian internasional.
Terkait hal itu, Zaki mengklaim telah mematuhi prosedur
dengan mengirimkan sampel virus dan data klinis terkait ke Kemenkes Saudi pada
18 Juni 2019. Namun, dia menyebut kementerian tidak cukup menindaklanjutinya
karena alasan sampel dikirim tanpa bendera merah yang memadai.
Zaki menambahkan dirinya berhak hanya memberi tahu pihak berwenang tentang
perkembangan selanjutnya lewat ProMED.
"Tanggung jawab saya berhenti mengirim sampel dan memberi mereka data
klinis, dan merekalah yang kemudian harus memutuskan apa yang harus
dilakukan," katanya.
Komentar
Posting Komentar