Facebook mengungkapkan
cara NSO Group melalui spyware Pegasus bisa meretas WhatsApp hanya melalui
panggilan telepon. Pegasus dapat mengaktifkan kamera, mikrofon, dan mengambil
data-data pribadi meski telepon tidak diangkat oleh korban.
Dilansir dari Wired, Penasihat
keamanan Facebook, kerentanan WhatsApp berasal dari jenis bug umum yang
dikenal sebagai buffer overflow. Buffer adalah
digunakan untuk menyimpan data tambahan.
Peretas dengan sengaja membebani buffer sehingga data meluap ke
bagian lain dari memori ponsel. Hal ini mengakibatkan
ponsel crash atau dalam beberapa kasus bisa dijadikan celah oleh
peretas untuk mengambil kontrol lebih dari ponsel.
"Pada intinya tampaknya menjadi masalah buffer overflow yang
sayangnya tidak terlalu jarang hari ini," kata CEO CryptoPhone asal
Jerman, Bjoern Rupp.
Rupp mengatakan WhatsApp sangat bergantung pada VoIP
(voice over internet protocol) kompleks yang dikenal memiliki kerentanan.
Aplikasi yang menggunakan VoIP harus mengetahui panggilan masuk dan memberi
tahu penerima telepon meski pengguna tidak mengangkatnya.
"Bug yang dapat dieksploitasi dari jarak jauh dapat ada dalam aplikasi apa
pun yang menerima data dari sumber yang tidak terpercaya. Termasuk panggilan
telepon WhatsApp yang menggunakan VoIP," kata Kepala Ilmuwan di Security
Research Labs Karsten Nohl.
Nohl mengatakan semakin kompleks penguraian data, semakin banyak celah
kesalahan. Jadi tentu ada celah untuk bug yang bisa dipicu meski
tanpa mengangkat telepon
Dalam praktiknya, implementasi VoIP setiap layanan saling
berbeda. Nohl menunjukkan bahwa segala sesuatunya menjadi lebih sulit ketika
menawarkan panggilan terenkripsi ujung ke ujung (end to end encryption),
seperti yang dilakukan WhatsApp.
Beberapa waktu lalu, Facebook Inc menggugat produsen Pegasus, NSO Group dengan
tuduhan bahwa perusahaan Israel itu menggunakan malware untuk meretas ke dalam
ponsel 1.400 orang dan melakukan pengawasan.
Sekitar 29 April hingga 10 Mei, NSO mengeluarkan kodenya atas server WhatsApp
milik Facebook Inc yang menargetkan pengacara, jurnalis, aktivis hak asasi
manusia, pembangkang politik, diplomat, dan pejabat senior pemerintah asing
lain.
Pada 2 Oktober 2018, terjadi kasus pembunuhan wartawan asal Arab Saudi Jamal
Khashoggi. Programmer Amerika, Edward Snowden menduga Arab Saudi menggunakan
spyware Pegasus untuk melacak kegiatan dan menguntit wartawan yang dibunuh di
konsulatnya sendiri perwakilan Turki.
Komentar
Posting Komentar