Chatting di Jalan Lebih Berbahaya Dibanding 'Teleponan'
Sebagian orang kerapkali
memilih membalas pesan (chatting)
atau sekadar berkirim komentar sembari berjalan kaki.
Barangkali karena kesibukan dan padatnya agenda, sehingga di manapun itu dan
sesingkat apapun itu digunakan untuk membalas pesan yang tak sempat dijawab.
Kadang soal bisnis, kadang pekerjaan,
kadang juga dari kekasih.
Tak jarang karena saking asyiknya mematut layar telepon genggam, bisa saja nyaris menabrak orang lain. Kalau sudah begitu maka satu sama lain harus sigap menghindar. Jika tidak, boleh jadi salah satu tersungkur jatuh. Bukan hanya sakit tapi juga memalukan.
Karena itu ada kalanya banyak orang sepakat bahwa berjalan di belakang orang yang sedang bergumul dengan telepon genggamnya adalah hal yang menjengkelkan.
Sebuah studi baru kini menunjukkan, ternyata perilaku tersebut membahayakan pula. Dikutip dari CNN, menggunakan telepon genggam sembari berjalan lebih cenderung mengakibatkan kecelakaan dibanding menerima panggilan telepon atau mendengarkan musik.
Tak jarang karena saking asyiknya mematut layar telepon genggam, bisa saja nyaris menabrak orang lain. Kalau sudah begitu maka satu sama lain harus sigap menghindar. Jika tidak, boleh jadi salah satu tersungkur jatuh. Bukan hanya sakit tapi juga memalukan.
Karena itu ada kalanya banyak orang sepakat bahwa berjalan di belakang orang yang sedang bergumul dengan telepon genggamnya adalah hal yang menjengkelkan.
Sebuah studi baru kini menunjukkan, ternyata perilaku tersebut membahayakan pula. Dikutip dari CNN, menggunakan telepon genggam sembari berjalan lebih cenderung mengakibatkan kecelakaan dibanding menerima panggilan telepon atau mendengarkan musik.
Para peneliti memperingatkan
ini setelah menganalisa ratusan kecelakaan para pejalan kaki. Pengiriman
pesan pendek tercatat memiliki rata-rata tertinggi kesalahan yang mengakibatkan
keteledoran. Studi menemukan, pejalan kaki jadi abai untuk melihat ke kanan
atau ke kiri saat melintasi jalan.
Sebagai perbandingan, orang yang sedang menelepon hanya memiliki risiko kecil terkait kewaspadaan saat menyeberang jalan. Sedangkan aktivitas mendengarkan musik sama sekali tak berdampak pada keselamatan sang pejalan kaki.
Kendati begitu para peneliti dari University of Calgary di Kanada mengemukakan, temuan ini masih perlu penelitian lanjutan. Masih dibutuhkan studi mendalam yang mempelajari soal faktor-faktor distraksi para pejalan kaki.
"Masalah tersebut kian meningkat terjadi di kota-kota besar dan kecil di seluruh dunia," tulis para penulis penelitian.
Sebagai perbandingan, orang yang sedang menelepon hanya memiliki risiko kecil terkait kewaspadaan saat menyeberang jalan. Sedangkan aktivitas mendengarkan musik sama sekali tak berdampak pada keselamatan sang pejalan kaki.
Kendati begitu para peneliti dari University of Calgary di Kanada mengemukakan, temuan ini masih perlu penelitian lanjutan. Masih dibutuhkan studi mendalam yang mempelajari soal faktor-faktor distraksi para pejalan kaki.
"Masalah tersebut kian meningkat terjadi di kota-kota besar dan kecil di seluruh dunia," tulis para penulis penelitian.
"Mengingat keberadaan
telepon pintar, media sosial, aplikasi, video digital dan streaming musik kini menyusup di
mana-mana di sebagian besar keseharian kita. Sehingga hal tersebut mungkin saja
mengganggu keseharian kita ketika menyeberang jalan atau keselamatan
lain," lanjut penulis studi tersebut.
Tim penulis menemukan, di tingkat global sekitar 270 ribu pejalan kaki meninggal setiap tahunnya. Sebanyak seperlima dari total kasus tersebut akibat kecelakaan lalu lintas. Studi ini diterbitkan di jurnal Injury Prevention.
Tim penulis menemukan, di tingkat global sekitar 270 ribu pejalan kaki meninggal setiap tahunnya. Sebanyak seperlima dari total kasus tersebut akibat kecelakaan lalu lintas. Studi ini diterbitkan di jurnal Injury Prevention.
Sementara laporan The Telegraph
menyebut, pejalan kaki yang mengirim pesan teks sambil berjalan dua kali lipat
lebih mungkin mengalami kecelakaan atau nyaris celaka dibandingkan mereka yang
sedang menelepon. Peneliti Kanada memeriksa data dari 22 studi mengenai
perbandingan potensi keselamatan antara orang yang memiliki aktivitas dengan
telepon genggamnya dan bebas dari ponsel.
Studi yang melibatkan 800 anak-anak dan orang dewasa ini menggunakan simulasi komputer, memeriksa jumlah tabrakan dan perilaku keseharian. Penelitian menemukan aktivitas menelepon meningkatkan risiko tabrakan hingga 17 persen. Akan tetapi mengirim pesan teks atau berselancar di internet memiliki risiko jauh lebih tinggi hingga 34 persen.
Studi yang melibatkan 800 anak-anak dan orang dewasa ini menggunakan simulasi komputer, memeriksa jumlah tabrakan dan perilaku keseharian. Penelitian menemukan aktivitas menelepon meningkatkan risiko tabrakan hingga 17 persen. Akan tetapi mengirim pesan teks atau berselancar di internet memiliki risiko jauh lebih tinggi hingga 34 persen.
Komentar
Posting Komentar