Ekonom senior Emil Salim
tengah berduka. Pada hari ini, ia kehilangan seorang sahabat dan rekan kerja, JB Sumarlin.
Emil pertama kali berkenalan dengan Sumarlin saat ia mengenyam pendidikan
tinggi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI). Kala itu, keduanya
sama-sama menjadi mahasiswa dan asisten dosen.
"Saya menjadi asisten untuk ekonomi pembangunan dengan Pak Mitro (Sumitro
Djojohadikusumo) dan dia untuk public finance (keuangan publik)," kata
Emil
Keduanya kembali dipertemukan
saat mengenyam pendidikan master di University of California Barkeley,
California, AS. Dari sinilah, ia berbagi julukan 'Mafia Berkeley' dengan
Sumarlin.
Setelah kembali ke Indonesia,
Emil dan Sumarlin sama-sama malang melintang di pemerintahan era Orde Baru
sebagai anak buah Soeharto.
"Ketika saya menjadi menteri penertiban aparatur negara (menpan), Sumarlin
menggantikan saya sebagai wakil ketua Bappenas," ujarnya.
Pada waktu Emil menjabat sebagai menteri perhubungan pada 1973, Sumarlin
menggantikan posisi Emil sebagai menpan.
"Saya dengan Sumarlin pada lapangan kerja yang sama. Jadi saya kenal betul
beliau," ujarnya.
Emil mengenang Sumarlin sebagai
sosok yang rajin, pandai, dan gigih. Ketika mengerjakan sesuatu, Sumarlin akan
berusaha sampai tuntas.
"Hitam adalah hitam. Omongan Sumarlin tidak sulit untuk dimengerti,"
tuturnya.
Selain itu, Sumarlin juga terkenal jujur dan berintegritas tinggi. Hal itu
tercermin saat pria yang dikenal dengan julukan 'kancil' ini menyamar turun ke
lapangan untuk memberantas korupsi di kalangan pegawai negeri sipil.
"Beliau (Sumarlin) juga aktif bersama Pak Jenderal Sudomo, waktu menjadi
menpan, dalam tim pemberantasan korupsi," ujarnya.
Di usia senja, sambung Emil,
keduanya masih rutin bertemu saat menghadiri rapat dewan guru besar yang
diadakan oleh FEUI.
Menurut Emil, semenjak kepergian istrinya pada 2017 lalu, Sumarlin tampak lebih
pendiam dan tidak banyak bicara. Kesehatan Sumarlin juga menurun.
"Setelah istrinya meninggal, kesan saya, ia mendapat pukulan dan tidak lagi
berbicara aktif," tuturnya.
Secara terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga turut berduka atas
kepergian Sumarlin. Ia mengenang Sumarlin saat menjadi dosennya di FEUI.
Ia menganggap Sumarlin sebagai
dosen yang memiliki komitmen tinggi saat itu. Salah satu kebiasaan Sumarlin
yang paling diingat Sri Mulyani adalah melepas jas yang dipakai ketika sampai
di kelas.
"Komitmennya luar biasa kalau mengajar," ujar Sri Mulyani.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini juga mendapatkan banyak pelajaran dari
kebijakan yang dikeluarkan Sumarlin saat dulu menjabat sebagai bendahara negara
di era Orde Baru. Menurutnya, apa yang diputuskan Sumarlin bisa menjadi
pertimbangan dalam menelurkan kebijakan saat ini.
"Di dalam konteks hari ini kami banyak belajar dari apa yang pernah beliau
putuskan dalam rangka merespons ekonomi Indonesia yang mengalami shock harga
minyak tinggi, meningkat waktu terjadi perang antara Iran dan Irak," papar
dia.
Ia mencontohkan kebijakan yang dikeluarkan Sumarlin saat
itu, misalnya Sumarlin I dan Sumarin II dalam merespons perkembangan ekonomi
global.
"Jadi poinnya kalau melihat masa lalu, masih relevan jika kondisi global
menimbulkan banyak sekali dampak terhadap ekonomi Indonesia yang kadang-kadang
harus direspons kebijakan yang kadang-kadang tidak populer, seperti kenaikan
suku bunga dan pengendalian inflasi," kata ujarnya.
Sementara, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar
Panjaitan mengungkapkan Sumarlin adalah sosok negarawan yang patut dikenang. Ia
menganggap Sumarlin adalah seorang ilmuwan dan menteri yang baik.
"Saya cukup baik kenal beliau, terakhir ketika beliau sudah tua. Ya saya
menghormati karena punya pengabdian luar biasa untuk negara," tutur Luhut.
Sumarlin meninggal dunia sekitar pukul 14.00 WIB hari ini.
Ia meninggal di RS Carolus, Salemba, Jakarta.
Sumarlin menjabat sebagai Menteri Keuangan pada 1988-1993. Sebelumnya, ia juga
pernah menduduki kursi kepala Bappenas. Pria kelahiran Blitar, Jawa Timur pada
7 Desember 1932 lalu tersebut juga pernah menjadi Menteri Negara Penertiban
Aparatur Negara Indonesia.
Komentar
Posting Komentar