Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Penurunan Harga Komoditas Ancam Setoran PNBP Minerba


Kementerian ESDM menilai anjloknya harga komoditas berpotensi mengancam penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor mineral dan batubara (minerba). Tahun ini, pemerintah menargetkan raupan PNBP dari sektor minerba dapat mencapai Rp44,39 triliun.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono menyebut kondisi global membuat asumsi harga batu bara yang ditentukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar US$90 per ton berpotensi meleset.

Menurutnya, angka tersebut akan sulit dicapai lantaran kondisi harga komoditas yang kian merosot hingga sekarang.

"Kini harga batu bara berada di sekitar US$66 sekian per ton," kata Bambang saat rapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Selasa (11/2).
Terlebih, lanjut Bambang, harga komoditas yang lesu juga mempengaruhi rencana produksi para pengusaha. Pasalnya, pengusaha cenderung menahan laju produksi lantaran harga yang kurang bagus saat ini.

Sebagai catatan, rencana produksi batubara dipatok sebesar 550 juta ton pada 2020.

"Tapi ini masih ada peluang untuk direvisi, ketika harga sudah mulai naik. Kalau bisa sampai US$70 per ton, harapannya produksi juga bisa naik," ujar Bambang.

Permasalahan lainnya, Bambang menyebut para pengusaha tambang melihat iklim investasi dalam negeri masih alot. Sebab, terdapat beberapa persoalan kepastian hukum yang memaksa perusahaan tambang memikirkan ulang rencana investasinya.




"Kendalanya memang juga soal kepastian hukum dan regulasi. Ini berdampak pada rencana investasi perusahaan," ungkapnya.

Sementara itu, harga batubara acuan (HBA) Februari tercatat sebesar US$66,89 per ton. Angka tersebut naik 1,45 persen dibandingkan HBA Januari yang ada di angka US$65,93 dolar per ton.

Kenaikan HBA tersebut dipengaruhi oleh berkurangnya pasokan batu bara dari tambang di wilayah China yang kini mengalami dampak wabah Virus Corona terparah.

Sementara untuk di komoditas lainnya seperti nikel, Bambang menyebut Virus Corona belum memberikan dampak yang signifikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini