Starbucks tumbuh
menjadi perusahaan waralaba kopi terbesar
di dunia saat ini. Kisah sukses Starbucks hingga menjadi perusahaan waralaba kopi terbesar tersebut
tak terlepas dari kinerja bisnis produk berlogo putri duyung tersebut.
Di Indonesia, tak kurang dari 440 gerai dibuka di beberapa pelosok Negeri.
Keberadaan gerai Starbuck di Indonesia tersebut cukup menopang kinerja mereka.
Indonesia menjadi negara basis terkuat kelima Starbucks di Asia Pasifik.
Tercatat, Indonesia 'hanya' kalah dari China, Jepang, Korea Selatan, dan
Taiwan.
Sementara, dari total 70 negara Starbucks berada, Indonesia merupakan
penyumbang pendapatan terbesar ke sepuluh. Melihat hasil yang besar tersebut,
Starbucks Indonesia belum berpuas diri.
Direktur PT Sari Coffee Indonesia (perusahaan yang menaungi
bisnis Starbucks Indonesia) Anthony Cottan mengungkapkan ambisi besar
perusahaan yang dikepalainya tersebut.
Dalam mengukuhkan taring dominasinya, Anthony menyebut target Starbucks
Indonesia dalam lima
tahun ke depan adalah
menggandakan angka toko menjadi 880 gerai. Menurutnya, target tersebut telah
dihitung secara matang.
Untuk menuju target tersebut, pada tahun ini Starbucks Indonesia menargetkan 60
gerai baru.
"Kami (Starbucks Indonesia) memiliki ambisi untuk membuka 60 gerai baru
pada tahun ini. Selama dua bulan ini, kami sudah meresmikan kurang lebih 10
toko baru. Dalam 5 tahun, kami optimis dapat menggandakan 440 toko saat
ini," ungkapnya pada peresmian gerai Starbucks Komunitas di bilangan Tanah
Abang, Jakarta.
Anthony mengakui usaha Starbucks belakangan ini mendapatkan tantangan dari
menjamurnya usaha bisnis kopi lokal. Tapi, kondisi tersebut tak membuatnya
khawatir.
Malah, dia melihat keberadaan
bisnis waralaba kopi lokal tersebut memberikan gambaran; potensi ekspansi pasar
kopi di Indonesia belum terjamah sepenuhnya.
Meski mengaku tak memiliki strategi khusus dalam mempertahankan posisi
Starbucks, namun Anthony menyebut Starbucks memiliki senjata pamungkas yang tak
dimiliki oleh seluruh usaha waralaba kopi. Senjata ampuh tersebut berbentuk
merek atau brand.
"Orang Indonesia suka merek. Ya, merek (Starbucks) merupakan selling point (tumpuan penjualan),
makanya kenapa orang-orang mau membayar ekstra Rp20 ribu," ucapnya.
Bukan hanya itu, senjata lain adalah soal kemampuan penyediaan tempat. Pria
yang memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun di industri makanan dan minuman
itu menyebut penjualan kopi Starbucks bukan lah kunci keberhasilan
perusahaannya.
Kunci utama adalah kemampuan
dalam menyediakan tempat temu masyarakat.
"Kopi bukan alasan kami (Starbucks) masih bertahan, kami ada karena dapat
menyediakan tempat berkumpul komunitas, kami menjual lebih dari sekedar
secangkir kopi," paparnya.
Ramuan lainnya yang dinilai Anthony ampuh dalam meraih penjualan adalah
mengenali perilaku konsumen. Selama 18 tahun kariernya, Anthony berusaha
menyediakan apa yang pembeli inginkan yaitu kenyamanan.
Pemilihan gerai di daerah strategis yang mudah diakses seperti pusat
perbelanjaan (mal), tempat istirahat sepanjang jalan tol, dan bandara menjadi
resep manjur usaha yang berdiri sejak 2002 itu.
Tak melulu menambah gerai di
pusat belanja kota-kota besar, PT Sari Coffee Indonesia tahun ini untuk pertama
kalinya akan melebarkan sayapnya di Papua tepatnya di mal Jayapura dan Tamika.
Peresmiannya akan dilakukan sebelum kuartal ketiga 2020 atau sebelum dibukanya
pesta olahraga Pekan Olahraga Nasional (PON) di Jayapura tahun ini.
"Tamika memang kecil tapi orang-orang di sana punya daya beli, ada
Freeport di sana, mereka tak tahu mau ngapain jadi bisnis kami bisa
masuk," jelasnya pada Kamis, (21/2).
Keluar dari Zona Aman
Sepanjang menjalankan bisnis di Indonesia, Anthony menyatakan telah mengalami
pasang surut akibat gejolak ekonomi, politik, dan berbagai bencana seperti
gempa bumi hingga banjir.
Dari pasang surut itulah, ia menyimpulkan pasar di Indonesia tahan
banting. Tak hanya itu, ia juga melihat pasar Indonesia juga menyimpan potensi
besar. Pasalnya, populasi dan jumlah masyarakat naik kelas terus menanjak
belakangan ini.
Tak ingin kehilangan momentum
tersebut, pihaknya selalu berupaya menjaga jembatan relevansi antara Starbucks
dengan masyarakat Indonesia dan menjaga daya tarik bisnis.
Hal tersebut merupakan tugas utama yang diembannya. Menginginkan Starbucks
menjadi merek yang dekat dengan masyarakat, Anthony perlahan menuntun timnya keluar
dari keramaian mal.
Upaya tersebut dilakukan dengan melokalisasi Starbucks ke pasar tradisional
seperti Glodok dan Tanah Abang. Starbucks ingin lebih agresif mendatangi
konsumen dengan hadir di tengah kediaman mereka. Anthony menyebut, ke depannya
gerai-gerai Starbucks akan dibuka di daerah perumahan masyarakat.
"Saat Anda memiliki sebuah merek, Anda harus menjaganya agar menarik
termasuk melakukan hal-hal yang tak biasa. Juga potensi pertumbuhan bisnis di
luar mal sangat besar," katanya.
Perlambatan ekonomi yang tengah terjadi dinilai Anthony tak
akan berdampak pada rencana ekspansi Starbucks. Katanya, penurunan pertumbuhan
tak dirasakan industri makanan dan minuman.
Kondisi tersebut membuatnya tak menyibukkan diri dengan strategi preventif
tambahan. Dia mengaku lebih memilih menghabiskan energinya dengan fokus
memuaskan konsumen dan memaksimalkan potensi yang ada.
Salah satunya, menggenjot penjualan barang dagangan atau merchandise.
Porsi penjualan barang dagang dinilainya akan mampu diperlebar dari porsi
sumbangan saat ini di kisaran 4 hingga 5 persen dari total penjualan. Inovasi
pun dilakukan seperti menghadirkan seri merchandise
'folklore' atau cerita rakyat yang menampilkan dongeng rakyat nusantara.
"Saya senang melihat Starbucks ingin dekat dengan Indonesia dan melakukan
hal-hal yang relevan," ucapnya.
Komentar
Posting Komentar