Ikan Paus ternyata
memiliki peran untuk menjaga keberadaan oksigen di Bumi. Tahi ikan ini membantu
produksi oksigen, sementara tubuhnya menyerap karbondioksida. Sehingga
keberadaan Paus turut membantu melawan pemanasan
global dan perubahan iklim Bumi.
Tubuh paus yang penuh lemak dan protein menyimpan karbon seperti pohon raksasa.
Ketika Paus mati dan tubuhnya tenggelam ke dasar laut, tubuhnya menyimpan
karbon yang tak kembali dari atmosfer selama ratusan hingga ribuan tahun.
Dalam studi yang dipublikasikan pada 2010, diperkirakan paus-paus ini telah
membawa 30 ribu ton karbon yang dibawa ke dalam laut ketika tubuh mereka mati
dan tenggelam. Jika populasi paus-paus ini kembali ke jumlah sebelum era
perburuan paus, penulis memperkirakan penurunan karbon akan lebih besar menjadi
160.000 ton per tahun.
"Paus Sperma (Physeter macrocephalus)
merangsang produksi primer (oksigen) baru dan ekspor karbon ke laut
dalam," tulis penelitian itu.
Ketika paus-paus ini hidup, mereka bahkan menangkap lebih banyak karbon di
atmosfer. Pasalnya, kotoran hewan ini melepaskan banyak nutrisi yang dibutuhkan
plankton untuk menarik karbondioksida dari atmosfer lewat fotosintesis. Tahi
Paus mengandung nitrogen, fosfor, dan zat besi ke laut.
Studi lain pada 2010 menunjukkan 12 ribu Paus Sperma di Laut Selatan menarik
200 ribu karbon dari atmosfer tiap tahun. Angka ini dihitung dari kotoran yang
mereka keluarkan telah menstimuli pertumbuhan fitoplankton.
Sekar Mira, Peneliti Paus di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI membenarkan hal
tersebut. Menurutnya hal ini diteliti oleh studi dari Lavery pada tahun 2010.
"Di estimasi bahwa populasi sperm whales
(paus sperma) dari laut belahan bumi selatan yang kurang lebih sebanyak 12.000
ekor dapat berkontribusi menimbun karbon (carbon sink ) di lautan sebanyak 2x
100ribu tonsC/yrs," tulisnya saat dihubungi
Sehingga dengan fakta ini, menurutnya keragaman hayati patut
dimasukkan dalam hitung-hitungan ganti rugi jejak karbon.
"Biodiversitas harus dimasukkan dalam setiap perhitungan carbon budgeting
dan khususnya risk assessment dalam perhitungan cost and benefit dari aktivitas
manusia," tandasnya.
Saat ini ada sekitar 1,3 juta paus di lautan Bumi. Jika jumlah mereka
dikembalikan pada era sebelum perburuan paus, maka diperkirakan terdapat 4 dan
5 juta Paus di lautan.
"Fungsi Samudra Selatan untuk menyerap karbon di telah
berkurang dengan makin paus sperma dalam skala besar selama perburuan paus
industri.
Dengan jumlah ini, berarti Paus Besar dapat menangkap sekitar 1,7 miliar ton
karbon dioksida setiap tahun. Total angka ini melebihi dari total emisi karbon
tahunan Brasil, seperti dikutip dari National Geographic.
"Paus sperma sendiri kini terancam punah, dan mirisnya masih banyak diburu
di beberapa lokasi di Indonesia," lanjut Mira.
Padahal, ia menyebut kalau seluruh mamalia laut saat ini sudah masuk ke dalam
undang-undang satwa dilindungi. Namun ia menyayangkan penegakkan hukum belum
berpihak kepada alam.
Padahal menurutnya setiap entitas biodiversitas yg ada di bumi saling terkait.
Kadang manusia tidak sadar seberapa berharganya kepunahan seekor satwa dari
alam. Padahal keberadaan mereka memberi kontribusi penting pada keseimbangan
alam. Dalam hal ini, Paus ikut membantu mengurangi karbon di udara yang
berbahaya bagi kesehatan manusia.
Komentar
Posting Komentar