Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Ekonomi AS Tumbuh 2,1 Persen Walau Tertekan Perang Dagang Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh 2,1 persen pada kuartal ketiga . Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari proyeksi bulan lalu yang hanya 1,9 persen. Pertumbuhan tersebut didukung oleh peningkatan ekspor dan investasi. Meski lebih cepat dari perkiraan dalam survei nasional yang dilakukan bank sentral AS (The Fed), ekonom mencatat pertumbuhan tersebut masih dibayangi masalah negatif. Salah satunya berkaitan dengan investasi bisnis yang turun 2,7 persen. Masalah lain berkaitan dengan perlambatan konsumsi. Perlambatan tercermin dari perusahaan yang menimbun persediaan barang mereka. Perlambatan konsumsi tersebut cukup memberikan kekhawatiran. Maklum, berkontribusi sekitar 70 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) AS. "Singkatnya, sedikit lebih kuat dari sebelumnya, tetapi terutama karena inventaris. Data itu terus menunjukkan perlambatan pertumbuhan, tetapi tidak secara dramatis," kata ekonom High Frequency Economics Jim O'Sullivan seperti dikutip dari AFP, Kamis (28/11). Sementara itu ekonom dari Oxford Economics Gregory Daco mengatakan data terbaru pertumbuhan AS tersebut menunjukkan ekonomi tidak akan jatuh seperti yang diramalkan beberapa pihak belakangan ini. Ia hanya memperkirakan ekonomi AS hanya akan melambat. Perlambatan dipicu oleh perang dagang yang berkecamuk antara AS dengan China belakangan ini. "Kemerosotan industri global yang masih berlangsung, ketidakpastian kebijakan perdagangan yang terus-menerus, dan pertumbuhan pendapatan yang dingin semuanya menunjuk pada aktivitas yang lebih lemah dalam beberapa bulan mendatang," katanya dalam sebuah analisis.


Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh 2,1 persen pada kuartal ketiga . Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari proyeksi bulan lalu yang hanya 1,9 persen.

Pertumbuhan tersebut didukung oleh peningkatan ekspor dan investasi. Meski lebih cepat dari perkiraan dalam survei nasional yang dilakukan bank sentral AS (The Fed), ekonom mencatat pertumbuhan tersebut masih dibayangi masalah negatif.

Salah satunya berkaitan dengan investasi bisnis yang turun 2,7 persen. Masalah lain berkaitan dengan perlambatan konsumsi. 

Perlambatan tercermin dari perusahaan yang menimbun persediaan barang mereka.  Perlambatan konsumsi tersebut cukup memberikan kekhawatiran.
Maklum, berkontribusi sekitar 70 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) AS.

"Singkatnya, sedikit lebih kuat dari sebelumnya, tetapi terutama karena inventaris. Data itu terus menunjukkan perlambatan pertumbuhan, tetapi tidak secara dramatis," kata ekonom High Frequency Economics Jim O'Sullivan seperti dikutip dari AFP, Kamis (28/11).

Sementara itu ekonom dari Oxford Economics Gregory Daco mengatakan data terbaru pertumbuhan AS tersebut menunjukkan ekonomi tidak akan jatuh seperti yang diramalkan beberapa pihak belakangan ini. Ia hanya memperkirakan ekonomi AS hanya akan melambat.

Perlambatan dipicu oleh perang dagang yang berkecamuk antara AS dengan China belakangan ini.

"Kemerosotan industri global yang masih berlangsung, ketidakpastian kebijakan perdagangan yang terus-menerus, dan pertumbuhan pendapatan yang dingin semuanya menunjuk pada aktivitas yang lebih lemah dalam beberapa bulan mendatang," katanya dalam sebuah analisis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini