Ekonomi AS Tumbuh 2,1 Persen Walau Tertekan Perang Dagang Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh 2,1 persen pada kuartal ketiga . Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari proyeksi bulan lalu yang hanya 1,9 persen. Pertumbuhan tersebut didukung oleh peningkatan ekspor dan investasi. Meski lebih cepat dari perkiraan dalam survei nasional yang dilakukan bank sentral AS (The Fed), ekonom mencatat pertumbuhan tersebut masih dibayangi masalah negatif. Salah satunya berkaitan dengan investasi bisnis yang turun 2,7 persen. Masalah lain berkaitan dengan perlambatan konsumsi. Perlambatan tercermin dari perusahaan yang menimbun persediaan barang mereka. Perlambatan konsumsi tersebut cukup memberikan kekhawatiran. Maklum, berkontribusi sekitar 70 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) AS. "Singkatnya, sedikit lebih kuat dari sebelumnya, tetapi terutama karena inventaris. Data itu terus menunjukkan perlambatan pertumbuhan, tetapi tidak secara dramatis," kata ekonom High Frequency Economics Jim O'Sullivan seperti dikutip dari AFP, Kamis (28/11). Sementara itu ekonom dari Oxford Economics Gregory Daco mengatakan data terbaru pertumbuhan AS tersebut menunjukkan ekonomi tidak akan jatuh seperti yang diramalkan beberapa pihak belakangan ini. Ia hanya memperkirakan ekonomi AS hanya akan melambat. Perlambatan dipicu oleh perang dagang yang berkecamuk antara AS dengan China belakangan ini. "Kemerosotan industri global yang masih berlangsung, ketidakpastian kebijakan perdagangan yang terus-menerus, dan pertumbuhan pendapatan yang dingin semuanya menunjuk pada aktivitas yang lebih lemah dalam beberapa bulan mendatang," katanya dalam sebuah analisis.
Ekonomi Amerika
Serikat (AS) tumbuh 2,1 persen pada
kuartal ketiga . Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari proyeksi bulan lalu
yang hanya 1,9 persen.
Pertumbuhan tersebut didukung oleh peningkatan ekspor dan investasi. Meski lebih cepat dari perkiraan dalam survei nasional yang dilakukan bank sentral AS (The Fed), ekonom mencatat pertumbuhan tersebut masih dibayangi masalah negatif.
Salah satunya berkaitan dengan investasi bisnis yang turun 2,7 persen. Masalah lain berkaitan dengan perlambatan konsumsi.
Pertumbuhan tersebut didukung oleh peningkatan ekspor dan investasi. Meski lebih cepat dari perkiraan dalam survei nasional yang dilakukan bank sentral AS (The Fed), ekonom mencatat pertumbuhan tersebut masih dibayangi masalah negatif.
Salah satunya berkaitan dengan investasi bisnis yang turun 2,7 persen. Masalah lain berkaitan dengan perlambatan konsumsi.
Perlambatan tercermin dari perusahaan yang menimbun persediaan barang mereka. Perlambatan konsumsi tersebut cukup memberikan kekhawatiran.
Maklum, berkontribusi sekitar 70 persen pada Produk Domestik
Bruto (PDB) AS.
"Singkatnya, sedikit lebih kuat dari sebelumnya, tetapi terutama karena inventaris. Data itu terus menunjukkan perlambatan pertumbuhan, tetapi tidak secara dramatis," kata ekonom High Frequency Economics Jim O'Sullivan seperti dikutip dari AFP, Kamis (28/11).
Sementara itu ekonom dari Oxford Economics Gregory Daco mengatakan data terbaru pertumbuhan AS tersebut menunjukkan ekonomi tidak akan jatuh seperti yang diramalkan beberapa pihak belakangan ini. Ia hanya memperkirakan ekonomi AS hanya akan melambat.
Perlambatan dipicu oleh perang dagang yang berkecamuk antara AS dengan China belakangan ini.
"Kemerosotan industri global yang masih berlangsung, ketidakpastian kebijakan perdagangan yang terus-menerus, dan pertumbuhan pendapatan yang dingin semuanya menunjuk pada aktivitas yang lebih lemah dalam beberapa bulan mendatang," katanya dalam sebuah analisis.
Komentar
Posting Komentar