BUMN Gandeng Korsel dan Denmark Kembangkan Vaksin Corona
Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan
Indonesia saat ini tengah mencari cara untuk mengembangkan vaksin virus corona. Langkah tersebut
dilakukan karena kebutuhan minimal vaksin virus corona Indonesia minimal 340
juta ampul.
Kebutuhan dibuat dengan memperhitungkan jumlah masyarakat yang memerlukan vaksin virus corona dan frekuensi pemberiannya. Hitungannya, jumlah masyarakat yang membutuhkan vaksin sebanyak 170 juta jiwa. Masyarakat tersebut katanya, masing-masing orang harus mendapatkan vaksin sebanyak dua ampul.
"Apabila 170 juta masyarakat, maka butuh minimal terkena dua kali shot. Jadi, minimal butuh 340 juta vaksin," ungkap Airlangga dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (10/6).
Kebutuhan dibuat dengan memperhitungkan jumlah masyarakat yang memerlukan vaksin virus corona dan frekuensi pemberiannya. Hitungannya, jumlah masyarakat yang membutuhkan vaksin sebanyak 170 juta jiwa. Masyarakat tersebut katanya, masing-masing orang harus mendapatkan vaksin sebanyak dua ampul.
"Apabila 170 juta masyarakat, maka butuh minimal terkena dua kali shot. Jadi, minimal butuh 340 juta vaksin," ungkap Airlangga dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (10/6).
Airlangga mengatakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bekerja sama dengan perusahaan Korea untuk menemukan dan memenuhi kebutuhan vaksin tersebut.
Selain Korea, mitra yang ideal diajak kerja sama dalam
menemukan vaksin virus corona adalah Prancis dan Denmark.
Airlangga mengatakan kerja sama dengan negara itu dilakukan dengan
mempertimbangkan jumlah penduduk negara tersebut yang kecil.
Ia menekankan kerja sama tidak dilakukan dengan negara yang jumlah penduduknya lebih banyak dari Indonesia. Pasalnya, negara itu nantinya akan lebih mementingkan kebutuhan vaksin bagi rakyatnya sendiri.
" (Itu) sesuai arahan Pak Presiden yang meminta kami untuk mengutamakan kerja sama dengan negara yang penduduknya relatif lebih kecil dari Indonesia," katanya.
"(Kalau dengan negara besar) Mereka mempunyai kebutuhan sendiri, seperti India atau China yang punya demand lebih dari 1 miliar, jadi otomatis mereka akan mementingkan negaranya masing-masing," jelas Airlangga.
Ia menekankan kerja sama tidak dilakukan dengan negara yang jumlah penduduknya lebih banyak dari Indonesia. Pasalnya, negara itu nantinya akan lebih mementingkan kebutuhan vaksin bagi rakyatnya sendiri.
" (Itu) sesuai arahan Pak Presiden yang meminta kami untuk mengutamakan kerja sama dengan negara yang penduduknya relatif lebih kecil dari Indonesia," katanya.
"(Kalau dengan negara besar) Mereka mempunyai kebutuhan sendiri, seperti India atau China yang punya demand lebih dari 1 miliar, jadi otomatis mereka akan mementingkan negaranya masing-masing," jelas Airlangga.
Di samping itu, pengadaan vaksin di dunia dilakukan dengan relaksasi intellectual property rights. Artinya, negara yang pertama kali menemukan vaksin corona bisa berbagi dengan negara lain.
"Siapa yang menemukan terlebih dahulu bisa sharing dengan negara lain, sehingga bisa melakukan co-production," kata Airlangga.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menuturkan pengembangan vaksin di Indonesia diketuai oleh PT Bio Farma (Persero). Menurutnya, Indonesia membutuhkan sekitar 250 juta sampai 300 juta ampul bila ingin melakukan vaksinasi terhadap sebagian penduduk Indonesia.
"Kami ingin mendapatkan vaksin dalam waktu relatif cepat. Artinya tidak tertinggal dari negara lain. Kami mengembangkan vaksin Indonesia sendiri yang efektif untuk virus yang beredar di Indonesia," pungkas Bambang.
Komentar
Posting Komentar