Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

BUMN Gandeng Korsel dan Denmark Kembangkan Vaksin Corona


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan Indonesia saat ini tengah mencari cara untuk mengembangkan vaksin virus corona. Langkah tersebut dilakukan karena kebutuhan minimal vaksin virus corona Indonesia minimal 340 juta ampul.

Kebutuhan dibuat dengan memperhitungkan jumlah masyarakat yang memerlukan vaksin virus corona dan frekuensi pemberiannya. Hitungannya, jumlah masyarakat yang membutuhkan vaksin sebanyak 170 juta jiwa. Masyarakat tersebut katanya, masing-masing orang harus mendapatkan vaksin sebanyak dua ampul.

"Apabila 170 juta masyarakat, maka butuh minimal terkena dua kali shot. Jadi, minimal butuh 340 juta vaksin," ungkap Airlangga dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (10/6).

Airlangga mengatakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bekerja sama dengan perusahaan Korea untuk menemukan dan memenuhi kebutuhan vaksin tersebut.
Selain Korea, mitra yang ideal diajak kerja sama dalam menemukan vaksin virus corona adalah Prancis dan Denmark. Airlangga mengatakan kerja sama dengan negara itu dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah penduduk negara tersebut yang kecil.

Ia menekankan kerja sama tidak dilakukan dengan negara yang jumlah penduduknya lebih banyak dari Indonesia. Pasalnya, negara itu nantinya akan lebih mementingkan kebutuhan vaksin bagi rakyatnya sendiri.

" (Itu) sesuai arahan Pak Presiden yang meminta kami untuk mengutamakan kerja sama dengan negara yang penduduknya relatif lebih kecil dari Indonesia," katanya.

"(Kalau dengan negara besar) Mereka mempunyai kebutuhan sendiri, seperti India atau China yang punya demand lebih dari 1 miliar, jadi otomatis mereka akan mementingkan negaranya masing-masing," jelas Airlangga.



Di samping itu, pengadaan vaksin di dunia dilakukan dengan relaksasi intellectual property rights. Artinya, negara yang pertama kali menemukan vaksin corona bisa berbagi dengan negara lain.

"Siapa yang menemukan terlebih dahulu bisa sharing dengan negara lain, sehingga bisa melakukan co-production," kata Airlangga.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menuturkan pengembangan vaksin di Indonesia diketuai oleh PT Bio Farma (Persero). Menurutnya, Indonesia membutuhkan sekitar 250 juta sampai 300 juta ampul bila ingin melakukan vaksinasi terhadap sebagian penduduk Indonesia.

"Kami ingin mendapatkan vaksin dalam waktu relatif cepat. Artinya tidak tertinggal dari negara lain. Kami mengembangkan vaksin Indonesia sendiri yang efektif untuk virus yang beredar di Indonesia," pungkas Bambang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini