Pelemahan Rupiah Berlanjut, Kini Dekati Rp14.200 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah berada
di posisi Rp14.190 per dolar Amerika Serikat
(AS) pada perdagangan pasar spot Jumat (26/4) pagi. Angka itu melemah 0,04
persen dibandingkan penutupan Kamis (25/4) yakni Rp14.186 per dolar AS.
Pagi ini, pergerakan mata uang utama Asia cenderung bervariasi. Terdapat mata uang yang melemah seperti baht Thailand dengan besaran 0,02 persen, dolar Singapura sebesar 0,02 persen, dan dolar Hong Kong dengan besaran 0,01 persen.
Namun, terdapat pula mata uang yang menguat seperti won Korea Selatan sebesar 0,01 persen, ringgit Malaysia sebesar 0,05 persen, dan peso Filipina sebesar 0,07 persen. Di sisi lain, yen Jepang tidak bergerak sedikit pun terhadap dolar AS.
Kemudian, mata uang negara maju tercatat mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Dolar Australia melemah 0,09 persen, poundsterling Inggris melemah 0,08 persen, dan euro melemah 0,06 persen.
Pagi ini, pergerakan mata uang utama Asia cenderung bervariasi. Terdapat mata uang yang melemah seperti baht Thailand dengan besaran 0,02 persen, dolar Singapura sebesar 0,02 persen, dan dolar Hong Kong dengan besaran 0,01 persen.
Namun, terdapat pula mata uang yang menguat seperti won Korea Selatan sebesar 0,01 persen, ringgit Malaysia sebesar 0,05 persen, dan peso Filipina sebesar 0,07 persen. Di sisi lain, yen Jepang tidak bergerak sedikit pun terhadap dolar AS.
Kemudian, mata uang negara maju tercatat mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Dolar Australia melemah 0,09 persen, poundsterling Inggris melemah 0,08 persen, dan euro melemah 0,06 persen.
Direktur Utama PT Garuda
Berjangka Ibrahim mengatakan rupiah masih berpotensi melemah pada hari Jumat.
Sentimen Asia masih akan mewarnai pergerakan rupiah hari ini, sama seperti
kemarin.
Saat ini, pelaku pasar masih akan menunggu (wait and see) terhadap kelanjutan pertemuan yang membahas perang dagang antara AS dan China yang sedianya akan berlangsung pekan depan di Beijing.
Tak hanya itu, pelaku pasar juga khawatir dengan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan yang tercatat 1,8 persen secara tahunan yang jauh di bawah ekspektasi analis yakni 2,5 persen. Ini menjadi laju terlemah dalam 10 tahun terakhir.
Terakhir, bank sentral Jepang pada Kamis (25/4) yang berjanji untuk menahan suku bunga hingga tahun depan dianggap sebagai sikap dovish. Sehingga, ada sinyal bahwa bank sentral Jepang pesimistis dengan tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi global setahun ke depan.
Saat ini, pelaku pasar masih akan menunggu (wait and see) terhadap kelanjutan pertemuan yang membahas perang dagang antara AS dan China yang sedianya akan berlangsung pekan depan di Beijing.
Tak hanya itu, pelaku pasar juga khawatir dengan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan yang tercatat 1,8 persen secara tahunan yang jauh di bawah ekspektasi analis yakni 2,5 persen. Ini menjadi laju terlemah dalam 10 tahun terakhir.
Terakhir, bank sentral Jepang pada Kamis (25/4) yang berjanji untuk menahan suku bunga hingga tahun depan dianggap sebagai sikap dovish. Sehingga, ada sinyal bahwa bank sentral Jepang pesimistis dengan tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi global setahun ke depan.
Seluruh faktor tersebut membuat pelaku pasar cenderung
berhati-hati untuk masuk ke pasar Asia. Tak hanya itu, pelaku pasar juga wait and see dengan rilis Produk
Domestik Bruto (PDB) AS pada Jumat (26/4) waktu setempat.
Pilihan redaksi |
www.ptbestprofit.com |
www.ptbestprofitfutures.com |
www.pt-bestprofit.com |
"Hari ini, rupiah juga masih akan melemah dan akan ditransaksikan di level Rp14.088 per dolar AS hingga Rp14.215 per dolar AS," jelas Ibrahim, Jumat (26/4).
Komentar
Posting Komentar