PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk mengaku akan memulai negosiasi harga untuk akuisisi PT Bank Permata Tbk pada pekan
ini. Saat ini proses akuisisi telah sampai pada tahapan due diligence (proses
uji tuntas) dengan seluruh pemegang saham Bank Permata.
"Minggu ini kami mulai negosiasi, tetapi negosiasi kan masih bisa
fifty-fifty (50:50). Kalau cocok harganya jalan, kalau tidak ya tidak juga.
Namanya negosiasi orang melakukan jual beli kan bisa cocok bisa tidak,"
ujar Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo, Selasa
(9/4).
Pernyataan Tiko, sapaan akrabnya, sekaligus menampik rumor yang beredar di
pasar bahwa dua belah pihak telah menyepakati valuasi untuk aksi korporasi
tersebut.
Ia menuturkan Bank Mandiri telah melakukan koordinasi dengan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku pemegang
saham dalam proses akuisisi ini. Meski demikian, pihaknya belum memperoleh izin
resmi dari dua otoritas berwenang.
Jika proses akuisisi berlanjut,
ia memastikan bahwa Bank Mandiri akan melebur (merger) Bank Permata dengan
salah satu perusahaannya. Sebab, saat ini perusahaan dengan kode saham BMRI itu
telah memiliki dua entitas anak yang bergerak di jasa perbankan, yakni PT Bank
Syariah Mandiri dan PT Bank Mandiri Taspen (Bank Mantap)
"Kami tidak mungkin punya anak usaha bank tiga, kalau pun dikasih
kelonggaran. Jadi kami harus merger salah satu, tapi kemana belum tahu. Itu
masih omongan dua tiga tahun ke depan, masih jauh," jelasnya.
Kabar akuisisi muncul karena Standard Chartered Bank sebagai pemilik saham Bank
Permata berencana melepas sahamnya. Tercatat, Standard Chartered Bank memegang
44,56 persen saham Bank Permata.
Selain Standard Chartered Bank, PT Astra International Tbk
(ASII) memiliki 44,56 persen saham perusahaan dengan kode BNLI itu. Sisanya, sebanyak
10,88 persen beredar di publik.
Kabar divestasi oleh Standard Chartered Bank sebenarnya sudah berhembus sejak
2015 saat kinerja bank tersebut mulai menurun. Namun, hal tersebut beberapa
kali dibantah oleh Standard Chartered Bank.
Penurunan kinerja Bank Permata mulai terlihat sejak 2015. Kala itu, laba
perseroan anjlok 84 persen dari 1,59 triliun tahun sebelumnya menjadi Rp247
miliar. Pada 2016, Bank Permata bahkan mencatatkan rugi mencapai Rp6,48 triliun
Komentar
Posting Komentar