Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Merger Bikin BTPN Masuk 10 Bank Beraset Kakap


PT Bank BTPN Tbk masuk menjadi satu dari 10 bank dengan aset tergemuk di Indonesia. Aset perusahaan melompat 101 persen pada kuartal pertama tahun ini, yaitu dari Rp95,8 triliun pada periode yang sama tahun lalu menjadi sebesar Rp192,2 triliun.

Sebelumnya, perusahaan hanya berada di peringkat 16. "Kenaikan peringkat setelah BTPN melakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI)," imbuh Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana, Kamis (25/4).

Secara resmi, ia melanjutkan BTPN efektif merger dengan SMBCI pada 1 Februari 2019. Sehingga, pencatatan aset kedua perusahaan digabung.

Walhasil, tak cuma aset yang melompat. Pertumbuhan kreditnya pun melonjak 114 persen menjadi Rp139,8 triliun. Peningkatan penyaluran kredit tersebut disumbang oleh kredit korporasi yang menjadi bisnis inti SMBCI.
Kredit korporasi perusahaan tercatat sebesar Rp71,9 triliun. Segmen kredit ini merupakan portofolio baru yang dicatat perusahaan hasil merger dengan SMBCI.

"Sebelum merger, bisnis ini (korporasi) dikelola oleh SMBCI. Setelah merger, portofolio ini dicatat ke dalam neraca Bank BTPN. Namun, apabila dibandingkan dengan posisi tahun lalu, kredit korporasi tumbuh 12 persen," kata Ongki.

Pilihan redaksi
www.ptbestprofit.com
www.ptbestprofitfutures.com
www.pt-bestprofit.com


Selain korporasi,perusahaan juga mencatat penyaluran kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebesar Rp13,5 triliun atau naik 13 persen. Kemudian, kredit productive poor Rp7,5 triliun atau tumbuh 20 persen, termasuk kredit konsumen Rp6,1 triliun yang tumbuh 106 persen.
Laba Tertekan

Kendati kinerja kreditnya mengilap, namun perolehan laba perusahaan cukup tertekan. Per kuartal I 2019, laba bersih perusahaan tercatat Rp507 miliar atau turun 5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Tanpa memperhitungkan pajak, sebetulnya laba perusahaan sebesar Rp801 miliar, nyaris stagnan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
CFO Bank BTPN Hanna Tantani menuturkan bunga acuan merangkak naik di sepanjang tahun lalu. Akibatnya, biaya dana menjadi mahal.

"Hal ini terutama disebabkan oleh tingginya biaya dana (cost of fund), sedangkan kapasitas untuk mengompensasi peningkatan biaya dana ke para debitur terbatas," tandasnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini