Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi
LIPI, Wahyu Budi
Setyawan menyatakan
abrasi yang terjadi sejumlah pulau di
Kepulauan
Riau berpotensi disebabkan oleh
faktor alam dan manusia.
Terkait faktor alam, abrasi yang terjadi di Kepri bisa terjadi akibat dua
kemungkinan. Pertama, disebabkan oleh arus dari Selat Malaka atau dari arah
Barat Laut yang datang setiap musim kemarau.
Sementara untuk faktor manusia, bisa dipicu oleh aktivitas di perairan,
misalnya pengerukan pasir. Dia menyebut pengerukan pasir membuat dasar laut
menjadi semakin dalam sehingga energi gelombang meningkat dan menciptakan
lereng curam.
"Secara teoritis, banyak hal yang bisa menyebabkan
abrasi," ujar Wahyu
Senin (13/7).
Sebelumnya, Gubernur Riau Syamsuar menyebut tiga pulau terluar Kepri
mengalami abrasi parah. Dia mengklaim abrasi disebabkan oleh gelombang dan arus
laut yang besar dari Selat Malaka.
Syamsuar juga menyebut dampak dari abrasi itu mempengaruhi mundurnya garis
pantai terluar Provinsi Riau. Selain itu, abrasi mempengaruhi Sumber Daya Alam
pada Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), mata pencaharian masyarakat, infrastruktur
jalan, rumah masyarakat, fasilitas umum, dan fasilitas sosial di pulau
tersebut.
Lebih lanjut, Wahyu menyebut lereng akibat penambangan pasir bisa
menyebabkan longsor di dasar permukaan laur dan pada akhirnya menciptakan
abrasi di pantai.
"Kemungkinan lain adalah aktivitas di darat, misalnya mangrovenya di
buang atau karang diambil. Jadi untuk untuk mengetahui pasti, kita harus tahui
kondisi pulau dan lingkungan di sana," ujarnya.
Wahyu menuturkan abrasi merupakan hasil interaksi antara kekuatan dari laut
seperti gelombang arus atau pasang surut. Sedangkan interaksi yang terjadi di
darat disebut dengan sedimentasi.
Lebih lanjut, Wahyu menyebut abrasi berdampak pada berkurangnya daratan
sebuah wilayah. Sehingga, dia mengaku tidak heran jika abrasi menjadi persoalan
sebuah daerah atau negara.
Sedangkan untuk ekosistem, dia berkata abrasi membuat pantai keruh dan mengganggu
kehidupan terumbu karang. Dia juga menyebut abrasi berpotensi menghancurkan
mangrove.
"Kalau pengaruh langsung memang sulit dilihat. Tapi kalau tidak
langsung kita perlu lihat bagaimana nelayan memanfaatkan daerah yang mengalami
abrasi," ujar Wahyu.
Di sisi lain, Wahyu menyampaikan ada dua cara untuk mencegah abrasi, yakni
secara alami dan bangunan teknik pantai. Secara alami, dia menyebut abrasi bisa
dicegah dengan memanfaatkan mangrove.
"Kalau daerah itu sudah mengalami erosi berat, itu perlu bantuan dengan
teknik pantai. Misalnya kita membangun groin atau pemecah gelombang,"
ujarnya.
"Kalau abrasi karena gelombang bisa dibangun groin atau pemecah
gelombang. Jadi erosi bisa ditangani."
Wahyu menambahkan abrasi tidak terjadi di seluruh pantai di Indonesia.
Sebab, dia berkata beberapa pantai mengalami sedimentasi.
Lebih dari itu, dia juga mengimbau semua masyarakat untuk menghentikan
penambangan pasir dan pemusnahan mangrove untuk mencegah abrasi. Dia menyebut
abrasi di pantai yang terdapat kehidupan manusia bisa berdampak negatif.
Komentar
Posting Komentar