Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Strategi Estika Tata Tiara Perbaiki Kinerja Keuangan

 


PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) berencana mencari investor baru. Hal itu merupakan upaya perseroan untuk selesaikan permasalahan nilai buku yang negatif sejak 31 Maret 2021. Rencana itu diutarakan bersamaan sejumlah rencana lain, yakni pemanfaatan kembali aset atau fasilitas unit perseroan.

Lalu mengaktifkan kembali unit usaha bisnis dan aset perseroan, dan memproduksi kembali semua produk yang telah ada dan melakukan penetrasi pasar kembali.

"Langkah perseroan atas nilai buku yang negatif sejak 31 Maret 2021 adalah, pertama, hadirnya investor baru," ungkap Sekretaris Perusahaan PT Estika Tata Tiara Tbk, Ratna Sari dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Senin (9/1/2023).

Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2022, nilai ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk termasuk kompensasi dari kerugian adalah Rp 518 miliar. Ratna menjelaskan, hal itu disebabkan utang perseroan kepada entitas induk sejak 2019.

Bersamaan dengan itu, penjualan perseroan per 30 September 2022 dibandingkan dengan per 30 September 2021 mengalami penurunan sebesar Rp 102 miliar, hal ini melanjutkan penurunan yang terjadi per 30 September 2021. Jika dibandingkan dengan per 30 September 2020 yakni sebesar Rp 556 miliar.

"Dalam dua tahun terakhir ini perseroan masih mengalami kerugian atas beban bahan baku yang sangat mahal. Sehingga produksi dari Perseroan pun mengalami penurunan, dan penjualan produk pun banyak terhambat,” jelas Ratna.

Untuk menambal dari sisi pendapatan, Estika Tata Tiaraberencana menambah segmen pendapatan, dijalankan kembali sewa kandang, menerima maklon dari pihak ketiga, menjalankan impor sapi, dan penjualan produk di commerce atau marketplace.

Sebelumnya, PT Estika Tata Tiara (ETT) akan melakukan Penawaran Umum Perdana saham (Initial Public Offering/IP0) pada 2-4 Januari 2019. Adapun jumlah saham perseroan yang bakal dilepas kepada publik sebanyak 376.862 juta unit, sebesar 20 persen dari modal disetor dan ditempatkan ETT setelah IPO.

Melansir dari laman PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Kamis (3/1/2018) dari IPO ini, perusahaan bidang produksi dan distribusi makanan olahan terpadu tersebut, akan memperoleh tambahan modal sebesar Rp 128,13 miliar. Itu berarti saham ETT ditawarkan seharga Rp 340 per unit.

Adapun dana hasil IPO ini antara lain akan digunakan sebesar 45 persen untuk pembelian sapi hidup baik lokal maupun impor. Sebesar 25 persen untuk pembelian barang dagangan berupa daging impor maupun lokal.

Sisanya 30 persen untuk investasi perluasan kandang dan membangun fasilitas produksi baru di Subang (Jawa Barat) dan Salatiga (Jawa Tengah).

Bersamaan dengan penawaran saham baru, ETT juga menawarkan Waran Seri I sebanyak 37,686 juta unit. Jika seluruh waran dieksekusi, maka saham eks waran mencapai 2,50 persen dari total saham ditempatkan dan disetor pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka IPO saham.

Setiap pemegang 10 saham baru akan memperoleh satu Waran Seri I, dimana setiap satu Waran Seri I memberi hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru. Sementara itu, harga pelaksanaan Waran sebesar Rp 550 per unit. Itu berarti ETT nantinya akan memperoleh tambahan modal Rp 20,73 miliar.

Rencananya, saham dan Waran ETT akan dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 Januari 2019. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan pernyataan efektif untuk ETT ini pada 28 Desember 2018.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini