Sriwijaya Air 'Kapok' Tawarkan Program Terbang Sepuasnya
PT Sriwijaya Air mengaku
enggan menawarkan kembali program Sriwijaya Air Travel Pass (SJ Travel Pass) seperti yang
dilakukan perseroan tahun lalu. Sebab, alih-alih meraup untung, program terbang
sepuasnya tersebut malah membuat kantong perusahaan jebol.
"Tidak (membuka program SJ Travel Pass). Untuk saat ini tidak ada. Rugi," tegas Direktur Komersial Sriwijaya Air Joseph Dajoe K Tendean, Senin (15/7).
"Tidak (membuka program SJ Travel Pass). Untuk saat ini tidak ada. Rugi," tegas Direktur Komersial Sriwijaya Air Joseph Dajoe K Tendean, Senin (15/7).
Program itu dijual pada 9
April-9 Juni 2018, dan berlaku selama 12 bulan sejak tanggal pembelian.
Namun demikian, Joseph tak menjelaskan secara rinci nominal kerugian yang dialami perusahaan dengan menerbitkan program tersebut bagi pengguna. "Rugi, sudah tidak kami lanjutkan lagi," imbuhnya.
Namun demikian, Joseph tak menjelaskan secara rinci nominal kerugian yang dialami perusahaan dengan menerbitkan program tersebut bagi pengguna. "Rugi, sudah tidak kami lanjutkan lagi," imbuhnya.
Menurutnya, perusahaan sedang berencana membuat program baru
untuk menarik masyarakat menggunakan Sriwijaya Air sebagai moda transportasi
udara. Manajemen akan mengkaji agar program baru itu tak merugikan keuangan
perusahaan, seperti SJ Travel Pass.
"Kami buat yang tidak rugi, seperti Garuda Miles kan kami gabung royaltinya. Di Garuda Miles kan ada royalti program, Sriwijaya Air dimasukkan juga untuk royalti juga," terang dia.
Sekadar mengingatkan, sejumlah penumpang yang menjadi anggota SJ Travel Pass melontarkan protesnya pada awal tahun ini karena merasa dirugikan dengan program tersebut. Mereka yang dijanjikan bisa terbang gratis selama satu tahun setelah membayar Rp12 juta justru sering kehabisan tiket.
Salah satu anggota SJ Travel Pass, Ali Akmal (34 tahun) mengaku selalu kehabisan tiket sejak 5 Desember 2018. Padahal, saat mendaftar pertama kali pada Mei 2018, ia masih bisa menikmati layanan terbang sepuasnya dari maskapai asuhan Chandra Lie tersebut.
"Kami buat yang tidak rugi, seperti Garuda Miles kan kami gabung royaltinya. Di Garuda Miles kan ada royalti program, Sriwijaya Air dimasukkan juga untuk royalti juga," terang dia.
Sekadar mengingatkan, sejumlah penumpang yang menjadi anggota SJ Travel Pass melontarkan protesnya pada awal tahun ini karena merasa dirugikan dengan program tersebut. Mereka yang dijanjikan bisa terbang gratis selama satu tahun setelah membayar Rp12 juta justru sering kehabisan tiket.
Salah satu anggota SJ Travel Pass, Ali Akmal (34 tahun) mengaku selalu kehabisan tiket sejak 5 Desember 2018. Padahal, saat mendaftar pertama kali pada Mei 2018, ia masih bisa menikmati layanan terbang sepuasnya dari maskapai asuhan Chandra Lie tersebut.
Komentar
Posting Komentar