Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menilai diversifikasi
penggunaan minyak kelapa sawit dapat
menjadi solusi untuk menahan pelemahan harga di pasar global. Maka itu,
pemerintah terus mendorong penggunaan minyak sawit mentah (CPO) untuk diolah
menjadi bahan bakar nabati (BBN).
Harga CPO cenderung merosot sejak tahun lalu, disebabkan oleh melimpahnya stok
minyak nabati dan perlambatan ekonomi global. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit
(GAPKI) mencatat rata-rata harga CPO global sepanjang 2018 berada di kisaran
US$595,5 per MT atau merosot 17 persen dibandingkan rata-rata harga 2017 yang
sebesar US$714,3 per MT.
"Kalau ada diversifikasi penggunaannya, maka harga menjadi baik,"
ujar Moeldoko saat menghadiri Pengukuhan Pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP)
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) di Jakarta, Selasa (9/7).
Salah satu bentuk diversifikasi yang telah dilakukan pemerintah adalah
menjalankan program mandatori campuran biodiesel pada minyak solar sebesar 20
persen (B20). Pemanfaatan minyak kelapa sawit sebagai BBN akan terus dikembangkan
hingga 100 persen bisa diolah menjadi bahan bakar mesin diesel (D100).
"Upaya pemerintah untuk
menuju B20 melangkah lagi B50 dan D100 sangat serius," ujarnya.
Pria yang juga merangkap sebagai Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Kelapa
Sawit Indonesia (Apkasindo) itu mengungkapkan pembukaan pasar baru menjadi
salah satu cara untuk mengerek harga. Pasalnya, menurut Moeldoko, penurunan
harga minyak kelapa sawit tak lepas dari keseimbangan antara penawaran dan
permintaan.
"Pemerintah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari terobosan-terobosan,
mencari negara tujuan pasar dengan dicarikan alternatif, sehingga harapan kami
ada pasar-pasar baru," ujarnya.
Lebih lanjut, Moeldoko mengingatkan industri sawit memiliki peran yang penting
bagi perekonomian. Industri ini mampu menyerap 4,2 juta lapangan kerja langsung
dan 12 juta lapangan kerja tidak langsung.
"Ada 20 juta rumah tangga
petani bergantung pada sektor sawit dan dari sisi provinsi ada 22 provinsi yang
terlibat secara langsung," ujarnya.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengungkapkan harga
minyak sawit kelapa sawit mentah saat ini masih bertengger di kisaran US$500
per metrik ton (MT).
Melihat kondisi itu, asosiasi mendukung upaya pemerintah untuk mendorong
permintaan minyak kelapa sawit di dalam negeri melalui diversifikasi penggunaan
ke sektor energi.
Di saat yang sama, pengusaha sawit saat ini juga berupaya untuk membuka pasar
baru untuk produk kelapa sawit. Beberapa di antaranya ke Timur Tengah dan
Afrika.
"Potensi pasar ke Timur Tengah dan Afrika mungkin bisa mencapai 1 juta ton
(CPO)," ujarnya.
Namun, upaya membuka pasar baru itu tak mudah. Misalnya, minimnya keberadaan
tangki timbun di negara-negara Afrika membuat ekspor kelapa sawit harus sudah
diolah dan dikemas.
"Untuk ekspor ke Timur Tengah, masalahnya ada bagaimana kita bisa
meningkatkan kerja sama bilateral," ujarnya.
Sebagai informasi, berdasarkan penetapan Kementerian Perdagangan (Kemendag),
harga Crude Palm Oil (CPO) untuk penetapan Bea Keluar (BK) periode Juli 2019
adalah US$542,45 per MT. Harga referensi tersebut melemah US$4,72 atau 0,86
persen dari periode Juni 2019, sebesar US$547,17/MT.
Komentar
Posting Komentar