PT.Bestprofit - Dua anggota TNI
diduga menerobos perbatasan Indonesia-Malaysia
di Sarawak, dan menculik lima warga setempat pada pekan lalu. Penyebabnya
adalah mereka menganggap warga Negeri Jiran itu mencuri kayu di wilayah
Indonesia.
Kelima warga Sarawak yang dilaporkan berusia antara 15 hingga 64 tahun itu
diduga diculik ketika sedang memanen kayu di Hutan Wong Rangkai, dekat Kampung
Danau Melikin, sekitar 500 meter dari perbatasan dengan Indonesia.
Berdasarkan laporan The New Straits Times,
Minggu (23/12), insiden itu terjadi pada 11 Desember lalu. Dua anggota TNI itu
dikabarkan membawa lima warga Sarawak ke dalam sebuah kendaraan bak terbuka.
Kedua anggota tentara itu disebut membawa senapan serbu Pindad SS-1 5,56
milimeter, yang
merupakan senjata standar yang
dimiliki personel TNI. Para anggota TNI itu disebut turut menghajar sejumlah
warga Malaysia tersebut dan meminta uang tebusan.
Sementara itu, The New Sunday Times melaporkan
kelima warga Malaysia itu diduga disergap di dekat perkebunan kepala sawit WFM
Melikin di Balai Ringin.
Surat kabar Malaysia itu menuturkan kelima sandera itu dibawa anggota TNI
dengan Toyota Hilux. Kendaraan tersebut lantas kembali ke pos komando Indonesia
di Sungai Enteli, perbatasan Kalimantan.
Malaysia dikabarkan telah melayangkan nota protes terkait dugaan penahanan
warganya oleh anggota TNI ini.
Nota protes itu dikabarkan disampaikan melalui kedutaan besar Negeri Jiran di
Jakarta pada Jumat (21/12) lalu. Namun, hingga berita ini diturunkan, Kedutaan
Besar Malaysia di Jakarta belum menjawab pertanyaan CNNIndonesia.com guna
mengonfirmasi hal tersebut.
"Betul kami mengirim nota itu langsung dari Kementerian Luar Negeri
Malaysia kepada KBRI di Kuala Lumpur," kata Sekretaris Satu Kedutaan
Malaysia untuk Indonesia, Abdilbar.
Dari lima warga Malaysia yang
disandera, dua di antaranya telah dibebaskan sekitar pukul 16.00 waktu setempat
hari ini, sementara tiga lainnya masih ditahan.
Personel TNI tersebut dikabarkan memerintahkan dua warga Malaysia yang
dibebaskan untuk memberi tahu keluarga lainnya untuk membayar uang tebusan
sebesar RM10 ribu atau setara Rp34,8 juta.
Para oknum TNI itu juga meminta para sandera yang dilepas untuk tidak memberi
tahu tentara Malaysia di Kamp Militer Balai Ringin atau otoritas lainnya
terkait penahanan mereka.
Personel TNI itu disebut mengancam akan membunuh sisa sandera mereka jika
aparat Malaysia sampai mengetahui peristiwa tersebut.
Karena khawatir, kedua warga Malaysia itu memilih mengadu ke pos tentara
terdekat. Alhasil, pihak Negeri Jiran mengutus komandan Brigade Infantri Ketiga
yang berada di Kamp Penrissen, Kuching untuk berunding.
Waktu perundingan pembebasan ketiga warga Malaysia itu berlangsung pada 14
Desember lalu pada pukul 14.00 waktu setempat. Kedua belah pihak tidak membawa
senjata selama perundingan, dan seluruh warga sipil yang ditahan dibebaskan.
Hingga berita ini dibuat, CNNIndonesia.com sudah
mencoba mengontak Kementerian Luar Negeri RI dan Pusat Penerangan TNI tetapi
mereka belum memberikan klarifikasi.
Komentar
Posting Komentar