Rupiah Lunglai ke Rp14.865 Tertiup Kabar The New Normal
Nilai tukar rupiah berada di posisi
Rp14.865 per dolar AS pada
perdagangan pasar spot Senin (18/5) pagi. Mata
uang Garuda melemah 5 poin atau 0,03 persen dibandingkan
Rp14.860 pada akhir pekan lalu.
Rupiah melemah bersama beberapa mata uang Asia. Mulai dari ringgit Malaysia yang melemah 0,07 persen, yen Jepang minus 0,04 persen, yuan China minus 0,03 persen, hingga dolar Hong Kong minus 0,01 persen.
Sementara, mata uang Asia lain berhasil menguat dari dolar AS, seperti dolar Singapura 0,13 persen, baht Thailand 0,07 persen, peso Filipina 0,06 persen, won Korea Selatan 0,03 persen.
Sedangkan mayoritas mata uang utama negara maju berhasil ke zona hijau, seperti dolar Australia menguat 0,47 persen, dolar Kanada 0,21 persen, rubel Rusia 0,08 persen, poundsterling Inggris 0,04 persen, euro Eropa 0,02 persen. Hanya franc Swiss yang stagnan dari mata uang Negeri Paman Sam.
Rupiah melemah bersama beberapa mata uang Asia. Mulai dari ringgit Malaysia yang melemah 0,07 persen, yen Jepang minus 0,04 persen, yuan China minus 0,03 persen, hingga dolar Hong Kong minus 0,01 persen.
Sementara, mata uang Asia lain berhasil menguat dari dolar AS, seperti dolar Singapura 0,13 persen, baht Thailand 0,07 persen, peso Filipina 0,06 persen, won Korea Selatan 0,03 persen.
Sedangkan mayoritas mata uang utama negara maju berhasil ke zona hijau, seperti dolar Australia menguat 0,47 persen, dolar Kanada 0,21 persen, rubel Rusia 0,08 persen, poundsterling Inggris 0,04 persen, euro Eropa 0,02 persen. Hanya franc Swiss yang stagnan dari mata uang Negeri Paman Sam.
Analis sekaligus Direktur PT
TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan kurs rupiah bergerak di
rentang Rp14.800 sampai Rp14.950 per dolar AS pada hari ini.
Menurutnya, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh wacana new normal atau kembali masuk kerja setelah bekerja dari rumah di tengah pandemi virus corona atau covid-19.
Wacana ini mengemuka dari Menteri BUMN Erick Thohir yang menyatakan bahwa pekerja di perusahaan pelat merah akan kembali masuk kerja mulai 25 Mei 2020 atau setelah lebaran.
Wacana ini lebih cepat dari perkiraan awal di mana kegiatan bisa berjalan lagi mulai 1 Juni 2020 setelah puncak pandemi corona yang diprediksi berakhir di penghujung Mei 2020.
Menurutnya, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh wacana new normal atau kembali masuk kerja setelah bekerja dari rumah di tengah pandemi virus corona atau covid-19.
Wacana ini mengemuka dari Menteri BUMN Erick Thohir yang menyatakan bahwa pekerja di perusahaan pelat merah akan kembali masuk kerja mulai 25 Mei 2020 atau setelah lebaran.
Wacana ini lebih cepat dari perkiraan awal di mana kegiatan bisa berjalan lagi mulai 1 Juni 2020 setelah puncak pandemi corona yang diprediksi berakhir di penghujung Mei 2020.
"Apa yang dilakukan pemerintah melalui Menteri BUMN ini
menambah kepercayaan pasar walaupun Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan
melakukan pembatasan antar wilayah dan dikritik tajam oleh pemerintah maupun
masyarakat," ungkap Ibrahim
Sementara dari global, pergerakan mata uang akan mendapat
sentimen dari data ekonomi sejumlah negara yang masih cukup buruk di tengah
pandemi corona.
Bahkan, pelonggaran penutupan wilayah (lockdown) di beberapa negara di Erapa dan AS justru menambah panjang kasus virus corona.
"Ini melemahkan optimisme investor dari sebelumnya mempercayai ekonomi akan segera kembali normal," tandasnya.
Bahkan, pelonggaran penutupan wilayah (lockdown) di beberapa negara di Erapa dan AS justru menambah panjang kasus virus corona.
"Ini melemahkan optimisme investor dari sebelumnya mempercayai ekonomi akan segera kembali normal," tandasnya.
Komentar
Posting Komentar