Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Pekerja Industri Penerbangan Disebut Permanen 'Nganggur'


Ekonom dan investor Amerika Serikat (AS) menyebut gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi selama enam pekan terakhir akan menemui ujungnya. Banyak pekerja yang dirumahkan atau terkena PHK akan kembali bekerja seiring dengan dibukanya kembali aktivitas usaha di negeri Paman Sam.

Namun, kabar gembira itu tak berlaku untuk beberapa sektor. Salah satunya, industri penerbangan yang terpukul, karena terpuruknya permintaan dan ramainya larangan terbang. Ekonom dan investor AS bahkan berpendapat tenaga kerja sektor industri penerbangan akan kehilangan pekerjaannya secara permanen.

Perusahaan industri digital General Electric (GE) menyatakan pada Senin (4/5), pihaknya memangkas lebih dari 13 ribu pekerjaan secara permanen setelah menghapus lini bisnis mesin jet. Langkah tersebut diambil untuk mengatasi kontraksi mendalam yang belum pernah menimpa perusahaan penerbangan komersial tersebut.

GE menuturkan pemangkasan tersebut akan membantu perusahaan menghemat US$1 miliar atau Rp15 triliun (kurs Rp15 ribu per dolar AS). Sebab, pemesanan untuk mesin jet dan suku cadang anjlok seiring dengan pemangkasan produksi pesawat baru oleh Boeing dan Airbus.
Bahkan, seorang eksekutif dari maskapai United Airlines (UAL) mendesak para karyawan untuk meninggalkan perusahaan secara sukarela.

"Kami menyadari ini merupakan berita yang menyakitkan, namun ini adalah cerminan masa depan dari perusahaan," tulis COO UAL Greg Hart dalam memo yang ditujukan kepada karyawannya seperti dilansir dari CNN.com, Selasa (5/5).

Maskapai terseok-seok setelah dilarang memberhentikan staf untuk enam bulan ke depan sesuai dengan syarat yang disepakati saat menerima dana talangan sebesar US$5 miliar atau Rp75 triliun. Namun, perusahaan tetap berencana untuk memangkas jumlah staf pada Oktober mendatang.

Pengumuman ini menggarisbawahi gawatnya krisis yang dihadapi industri penerbangan yang diperkirakan memakan waktu tahunan untuk bangkit dari goncangan wabah virus corona.
Senasib, maskapai murah Eropa Ryanair, menyatakan pada Selasa pekan lalu bahwa lalu lintas April lalu amblas 99,6 persen. Hanya tersisa 40 ribu orang yang terbang pada bulan lalu dibandingkan dengan jumlah penumpang pada 2019 yaitu 13,5 juta orang.

Berbagai saham di sektor tersebut pun terjun bebas setidaknya sebesar 5 persen, seperti emiten DAL, LUV, dan AAL. Bahkan, investor sekelas Warren Buffett menyebut ia telah melepas seluruh kepemilikannya dan menyebut pilihannya untuk berinvetasi pada saham maskapai adalah sebuah kesalahan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini