Ekonom dan investor Amerika
Serikat (AS) menyebut gelombang
pemutusan hubungan kerja (PHK) yang
terjadi selama enam pekan terakhir akan menemui ujungnya. Banyak pekerja yang
dirumahkan atau terkena PHK akan kembali bekerja seiring dengan dibukanya
kembali aktivitas usaha di negeri Paman Sam.
Namun, kabar gembira itu tak berlaku untuk beberapa sektor. Salah satunya,
industri penerbangan yang terpukul,
karena terpuruknya permintaan dan ramainya larangan terbang. Ekonom dan
investor AS bahkan berpendapat tenaga kerja sektor industri penerbangan akan
kehilangan pekerjaannya secara permanen.
Perusahaan industri digital General Electric (GE) menyatakan pada Senin (4/5),
pihaknya memangkas lebih dari 13 ribu pekerjaan secara permanen setelah
menghapus lini bisnis mesin jet. Langkah tersebut diambil untuk mengatasi
kontraksi mendalam yang belum pernah menimpa perusahaan penerbangan komersial
tersebut.
GE menuturkan pemangkasan tersebut akan membantu perusahaan menghemat US$1
miliar atau Rp15 triliun (kurs Rp15 ribu per dolar AS). Sebab, pemesanan untuk
mesin jet dan suku cadang anjlok seiring dengan pemangkasan produksi pesawat
baru oleh Boeing dan Airbus.
Bahkan, seorang eksekutif dari
maskapai United Airlines (UAL) mendesak para karyawan untuk meninggalkan
perusahaan secara sukarela.
"Kami menyadari ini merupakan berita yang menyakitkan, namun ini adalah
cerminan masa depan dari perusahaan," tulis COO UAL Greg Hart dalam memo
yang ditujukan kepada karyawannya seperti dilansir dari CNN.com,
Selasa (5/5).
Maskapai terseok-seok setelah dilarang memberhentikan staf untuk enam bulan ke
depan sesuai dengan syarat yang disepakati saat menerima dana talangan sebesar
US$5 miliar atau Rp75 triliun. Namun, perusahaan tetap berencana untuk
memangkas jumlah staf pada Oktober mendatang.
Pengumuman ini menggarisbawahi gawatnya krisis yang dihadapi industri
penerbangan yang diperkirakan memakan waktu tahunan untuk bangkit dari
goncangan wabah virus corona.
Senasib, maskapai murah Eropa Ryanair, menyatakan pada
Selasa pekan lalu bahwa lalu lintas April lalu amblas 99,6 persen. Hanya
tersisa 40 ribu orang yang terbang pada bulan lalu dibandingkan dengan jumlah
penumpang pada 2019 yaitu 13,5 juta orang.
Berbagai saham di sektor tersebut pun terjun bebas setidaknya sebesar 5 persen,
seperti emiten DAL, LUV, dan AAL. Bahkan, investor sekelas Warren Buffett
menyebut ia telah melepas seluruh kepemilikannya dan menyebut pilihannya untuk
berinvetasi pada saham maskapai adalah sebuah kesalahan.
Komentar
Posting Komentar