Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Pemerintah Setop Impor Avtur dan Solar Mulai Mei Nanti


Pemerintah menyatakan akan menghentikan impor bahan bakar minyak (BBM) jenis avtur dan solar mulai Mei nanti. Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kebijakan tersebut dilakukan untuk menekan impor minyak dan gas demi memperbaiki kinerja neraca transaksi berjalan.

"Mulai bulan depan, migas terutama avtur dan solar, kami tidak akan impor. Kami mau pakai produk kita di dalam dan diolah di sini," katanya seperti dikutip dari Antara, Jumat (10/5).

Darmin yakin, kebijakan tersebut akan bisa dijalankan dengan baik.


Menurutnya, Pertamina saat ini sudah bisa mengolah crude oil menjadi avtur dan solar sesuai kebutuhan dalam negeri.
"Baik dari sisi jumlah dan kualitas, Pertamina sepertinya sudah bisa," katanya.

Sebagai catatan, Bank Indonesia (BI) mencatat defisit neraca transaksi berjalan mencapai 7,0 miliar dolar AS atau 2,6 persen dari PDB pada triwulan I 2019.

Defisit ini lebih rendah dari triwulan sebelumnya 9,2 miliar dolar AS atau 3,6 persen terhadap PDB. Meskipun demikian defisit tersebut lebih tinggi dari periode sama 2018 sebesar 5,19 miliar dolar AS atau 2,01 persen dari PDB.

Darmin mengatakan defisit tersebut salah satu biang kerok paling dominannya berasal dari impor minyak dan gas yang tinggi. Ia berharap penggunaan migas produksi dalam negeri yang dijalankan pemerintah ke depan akan berdampak pada penurunan impor migas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini