Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Awali Pekan, Rupiah Menguat ke Rp14.352 per Dolar AS


Nilai tukar rupiah diperdagangkan di level Rp14.352 per dolar AS pada Senin (27/5) pagi. Dengan demikian, maka rupiah menguat 0,28 persen dibandingkan penutupan Jumat (24/5) yakni Rp14.392 per dolar AS.

Pagi hari ini, mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Ringgit Malaysia menguat 0,01 persen, dolar Hong Kong menguat 0,02 persen, dolar Singapura menguat 0,12 persen, baht Thailand menguat 0,16 persen, dan won Korea Selatan sebesar 0,29 persen.

Di kawasan Asia, hanya yen Jepang saja yang melemah terhadap dolar AS dengan nilai 0,1 persen. Kemudian, mata uang negara maju cenderung menguat terhadap dolar AS, seperti poundsterling Inggris sebesar 0,15 persen, dolar Australia sebesar 0,08 persen, dan euro sebesar 0,04 persen.


Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan rupiah masih menguat karena ditentukan banyak faktor. Dari sisi domestik, tingkat kepercayaan investor ke Indonesia sudah mulai menguat lagi pasca kerusuhan.
"Itu memberikan sentimen positif," katanya kepada CNNIndonesia.com, Senin (27/5).

Dari sisi global, saat ini imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun tengah menurun akibat ketidakpastian negosiasi dagang AS dengan China. Sehingga, obligasi pemerintah AS tak mengundang daya tarik.

Walhasil, indeks dolar AS terhadap beberapa mata uang melemah. Hal ini ditambah rilis data ekonomi AS yang tak sesuai dengan harapan, seperti penjualan rumah baru AS pada April yang turun 0,4 persen secara bulanan ke angka 5,19 juta unit, atau turun 4,4 persen jika dibanding secara tahunan.

Kemudian, indeks manufaktur AS juga terjun ke angka 50,6 pada Mei dari posisi 52,6 pada April lalu. Namun menurut Ariston, rupiah perlu mewaspadai tensi perang dagang antara AS dan China yang setiap saat bisa kian meledak. Untuk itu, rupiah diprediksi berada di dalam rentang Rp14.330 hingga Rp14.660 per dolar AS.

"Momentum penguatan berlanjut di pembukaan Senin, tapi perang dagang masih perlu diwaspadai," tuturnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini