Kepolisian Republik Indonesia (Polri) masih mengusut kelompok Anarko Sindikalisme yang diduga
mendalangi keributan pada saat aksi peringatan hari buruh internasional
atau May Day di sejumlah daerah.
Kepala Biro Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal (Brigjen) Polisi Dedi
Prasetyo mengatakan dalam mengusut kelompok tersebut, Polri turut menggandeng
sejumlah pihak.
"Nanti masalah legalnya dari Kemenkumham yang akan membantu polisi
mengidentifikasi kelompok tersebut, kemudian dari Badan Intelijen Negara juga
akan memberikan kontribusi kepada Polri," kata Dedi di Mabes Polri, Jumat
(3/5).
Dedi menuturkan, Polri perlu juga melihat dari perspektif keamanan dan
penegakan hukum. Menurut Dedi, pihaknya tak bisa terburu-buru dalam melalukan pengusutan.
"Siapa yang menjadi tokohnya di tiap daerah, berapa keanggotaannya
kemudian nanti juga kita akan dalami keterkaitan jaringan di beberapa
daerah," tuturnya.
Dedi mengungkapkan dari hasil
identifikasi sementara, kelompok yang beraksi di Bandung memiliki jumlah paling
banyak. Kemudian diikuti dengan di Jakarta, Semarang, Jogja, Surabaya, dan
Sulawesi Selatan.
Di Bandung, kata Dedi, diketahui kelompok tersebut banyak melibatkan anak-anak.
Dari data yang ada, setidaknya ada 293 anak dari total 619 orang yang terlibat
dalam aksi di Bandung.
Dedi menyampaikan khusus untuk anak-anak, Polda Jawa Barat dan Polrestabes
Bandung bakal memanggil para orang tuanya untuk kemudian dilakukan pembinaan.
"Kelompok usia tersebut sangat rentan mencari jati diri, kita melibatkan
orang tua, sekolah untuk mengontrol mereka. Kalau mencari jati diri bisa
disusupi oleh doktrin kelompok tersebut sangat membahayakan," tutur Dedi.
Selain itu, disampaikan Dedi, sudah ada dua orang yang
ditetapkan sebagai tersangka atas kasus kerusuhan saat May Day di Bandung. Aksi
kedua tersangka tersebut telah mengakibatkan kerugiaan sekitar Rp3,5 juta.
Keduanya pun dijerat dengan pasal 170 KUHP.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan insiden kerusuhan yang
terjadi di beberapa daerah saat aksi Hari Buruh, Rabu (1/5) kemarin, dipicu
oleh kelompok Anarcho Syndicalism.
Kelompok tersebut, kata Tito, identik dengan aksi vandalisme dengan simbol
huruf A. Kelompok itu, lanjutnya, bukanlah fenomena lokal melainkan fenomena
internasional yang sudah berkembang di luar negeri.
Tito menyebut kelompok Anarcho Syndicalism itu ada di sejumlah negara, antara
lain Rusia, Eropa, Amerika Selatan, serta Asia. Di Indonesia, sambung Tito,
diperkirakan baru berkembang beberapa tahun terakhir. Tahun lalu, kelompok itu
disebut muncul di Jogja dan Bandung.
"Sekarang juga ada di Surabaya, ada di Jakarta, dan mereka sayangnya
melakukan aksi kekerasan, vandalism, coret-coret simbol A, ada yang merusak
pagar," ujar Tito, Kamis (2/5).
Komentar
Posting Komentar