Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Pergerakan Rupiah Stagnan Senin Pagi


Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.450 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Senin (20/5) pagi. Dengan demikian, rupiah tidak bergerak terhadap dolar AS dibandingkan perdagangan Jumat (17/5) lalu.

Pagi ini, sebagian besar mata uang Asia menguat terhadap dolar AS. Sebut saja Won Korea Selatan menguat 0,24 persen, baht Thailand menguat 0,23 persen, peso Filipina sebesar 0,15 persen, dan dolar Singapura sebesar 0,12 persen. Sementara itu, yen Jepang melemah 0,2 persen dan dolar Hong Kong menemani rupiah yang bergerak stagnan terhadap dolar AS hari ini.

Mata uang negara maju juga menguat terhadap dolar AS. Dolar Australia menguat 0,65 persen, poundsterling Inggris menguat 0,14 persen, dan euro menguat 0,07 persen.


Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pergerakan rupiah sejatinya masih terpengaruh oleh sentimen akhir pekan lalu. Salah satunya, yakni perang dagang antara AS dan China.
Kini perang dagang sudah memasuki babak baru. China berniat untuk melepas kepemilikan obligasi negara AS untuk menghancurkan ekonomi AS. Ini dianggap sebagai balasan China atas sikap AS yang menaikkan tarif bea masuk impor secara sepihak.

Saat ini, China memiliki obligasi negara AS sebesar US$1,12 triliun dan sudah melepas US$20,5 miliar. Artinya, aliran modal keluar (outflow) dari AS nantinya bisa berdampak baik bagi mata uang negara lain.

Namun, justru ini mengindikasikan bahwa perang dagang belum usai. "Pola ini berlanjut ketika kedua belah pihak masih belum mampu menyepakati perjanjian dagang," jelas Ibrahim, Senin (20/4).
Sentimen global lain adalah pertumbuhan ekonomi Jepang yang mencatat 2,1 persen pada kuartal I tahun ini. Meski lebih baik dari kuartal sebelumnya yakni 1,6 persen, namun pertumbuhan ekspor tercatat minus 2,4 persen dan konsumsi turun 0,1 persen.

"Untuk hari Senin, rupiah akan diperdagangkan di level Rp14.390 hingga Rp14.470 per dolar AS," kata dia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini