Bulan Ramadan
tinggal menghitung hari. Tak lama lagi, masyarakat muslim di Tanah Air akan
menjalankan ibadah puasa hingga
hari kemenangan tiba.
Meski akan berpuasa alias makan sehari dua kali saja, namun bayang-bayang
pengeluaran besar justru akrab setiap kali Ramadan datang.
Bukan hanya karena harus mudik, tapi banyaknya agenda buka puasa bersama alias
bukber pun kadang berhasil menguras dompet. Belum lagi, untuk membeli baju
muslim demi menghadiri pengajian mingguan yang biasanya marak ketika Ramadan.
Sabila Kanisa (25) misalnya. Perempuan yang sehari-hari bekerja di agensi media
ini mengaku kerap tergoda dengan berbagai diskon yang ada ketika bulan Ramadan.
"Bahkan, belum Ramadan saja, situs belanja online rasanya sudah
memanggil-manggil saja untuk beli kaftan, beli kerudung. Kalau dipikir sih
belum butuh, tapi diskonnya sekarang," ucap Sabila
Begitu pula dengan Jordan
Aditya (29), pegawai di sebuah bank swasta. Ia mengatakan ajakan untuk bukber
sudah mulai berdatangan. Mulai dari teman yang pernah satu SD, SMP, SMA, sampai
kuliah. "Belum lagi, sesama teman naik gunung bareng, teman futsal, teman
baru di tempat kerja, banyak. Padahal, puasanya saja belum mulai,"
ungkapnya.
Perencana Keuangan Oneshildt Financial Planning Agustina Fitria mengatakan
persiapan keuangan jelang Ramadan dan Lebaran sejatinya harus dilakukan sejak
jauh-jauh hari. Bahkan, ketika Lebaran tahun lalu baru saja berakhir.
Menurut dia, usai Lebaran, seseorang bisa berhitung berapa total pengeluaran
yang sebenarnya dibutuhkan.
"Dari situ ada estimasi, 'Oh ternyata kalau dari Ramadan sampai Lebaran
kurang lebih butuh uang sekian banyak', nah itu tinggal ditambahkan beberapa
persennya sebagai antisipasi kenaikan harga-harga pada tahun berikutnya,"
ujarnya.
Ia mencontohkan jika
pengeluaran selama Ramadan sampai Lebaran tahun lalu sebesar Rp6 juta, maka
estimasi dana yang perlu disiapkan setidaknya sebesar Rp7 juta. Namun, estimasi
itu bisa berkurang bila ada evaluasi dari pengeluaran, misalnya jika tidak
mudik pada tahun ini.
Setelah menghitung estimasi dana yang dibutuhkan, kemudian sesuaikan dengan
penghasilan. Ia menjelaskan jika memiliki gaji sebesar Rp5 juta per bulan, lalu
ada THR yang besarnya setara gaji, berarti kebutuhan selama Ramadan dan Lebaran
itu bisa tertutupi.
Namun, ketika besaran THR ternyata tidak cukup untuk menutup kekurangan. Maka,
kebutuhan dana mau tidak mau harus dicicil dari proses menabung yang dilakukan
sejak jauh-jauh hari, yakni bulan-bulan sebelum memasuki Ramadan.
Kemudian, setelah semua estimasi pengeluaran sudah dihitung. Langkah paling
awal adalah menyisihkan untuk persiapan mudik Lebaran bila Anda melakukannya.
Sebab, tiket transportasi hingga kebutuhan anggaran ketika mudik dengan
kendaraan pribadi harus diamankan lebih dulu. Apalagi, harga tiket pesawat
tengah melambung.
"Sejak jauh-jauh hari bisa cari tiket pesawat atau moda transportasi lain.
Kalau tiket pesawat tidak turun-turun misalnya, mungkin bisa cari-cari tiket
promo atau bahkan mengganti moda transportasi yang akan digunakan, yang lebih
sesuai dengan kemampuan," jelasnya.
Selanjutnya, menurut Agustina, pengeluaran untuk biaya makan bulanan seharusnya
pengeluaran makan bisa lebih sedikit. Sebab, jadwal makan hanya dua kali dalam
sehari, berbeda dengan hari-hari biasa yang bisa mencapai tiga sampai empat
kali.
Namun memang, terkadang biaya makan yang dibutuhkan jadi bertambah lantaran
momen bukber di luar.
"Kalaupun bukber, ini seharusnya sama saja dengan estimasi makan siang di
luar ketika bukan bulan puasa. Taruhlah seminggu biasanya bisa dua kali makan
siang di luar, maka ketika bukber ya seminggu dua kali saja, jangan
sering-sering juga," tuturnya.
Agustina menyarankan agar lebih selektif dan diatur jadwalnya. Dengan begitu,
pengeluaran tidak membengkak. Ia bilang perkembangan tren pembayaran digital
saat ini bisa dijadikan salah satu cara untuk menghemat pengeluaran bukber.
Apalagi, para dompet digital masih sering 'bakar uang' untuk mengenalkan
pelayanannya.
"Mungkin bisa digunakan,
tempat bukbernya sesuai dengan promo dompet digital atau diskon dari kartu
kredit. Tapi ingat, ini hanya sarana, jangan sampai juga promo menjadikan Anda
mudah tergiur," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan pengeluaran harian untuk makan sahur dan buka puasa
sebenarnya bisa dihemat dengan makan di rumah saja. Dengan cara ini, seseorang
tinggal menghitung berapa kebutuhan konsumsi per minggu.
Setelah itu, opsi belanja dalam jumlah besar bisa dilakukan karena cenderung
lebih hemat. Apalagi ketika ada tawaran diskon dari tempat belanja, baik secara
offline maupun online.
Misalnya, terkadang tempat belanja online menawarkan diskon dan harga yang
lebih murah untuk makanan kemasan, seperti mie, pasta, minyak goreng, hingga
bumbu. Sementara, jenis makanan seperti telur ayam, sayur-sayuran, hingga
buah-buahan mungkin tidak bisa dibeli online dan dalam jumlah besar karena
berisiko busuk.
Menurutnya, hal ini juga berguna untuk mengantisipasi
kenaikan harga bahan pokok yang kerap meningkat jelang Ramadan dan Lebaran.
Dengan pembelian dalam jumlah banyak yang cenderung lebih murah, risiko inflasi
di tengah jalan bisa diminimalisir.
"Jadi mana yang bisa dibeli grosir dengan lebih murah dan mana yang tidak,
itu tinggal diatur saja," imbuhnya.
Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andy Nugroho menambahkan hal
yang tak kalah penting ketika menyiapkan estimasi keuangan selama Ramadan dan
Lebaran adalah menyisihkan dana usai Lebaran. Apalagi, momen Lebaran tahun ini
jatuh pada awal bulan.
Artinya, uang gaji yang diberikan pada akhir bulan sebelumnya sudah di tangan.
Namun, ada risiko uang tersebut habis, padahal gajian di bulan berikutnya masih
sekitar 20 hari kemudian.
"Jangan sampai puas habiskan gaji saat Lebaran, lalu merana di bulan
setelah Lebaran," tuturnya.
Komentar
Posting Komentar