Pemerintah Iran
menyatakan mereka akan tidak lagi menaati komitmen sukarela di dalam
kesepakatan nuklir dengan Amerika Serikat.
Mereka melakukan itu sebagai tanggapan atas tekanan yang terus diberikan oleh
Negeri Paman Sam.
"Uni Eropa dan pihak-pihak lainnya tidak berdaya untuk melawan tekanan AS,
maka dari itu Iran tidak akan melaksanakan sejumlah komitmen sukarela,"
kata Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, seperti dilansir Reuters, Rabu (8/5).
Zarif menyatakan akan memberitahu sejumlah negara yang masih menaati
kesepakatan nuklir itu, yakni China, Inggris, Jerman, Prancis dan Rusia. Namun,
dia memastikan Iran tidak akan membatalkan kesepakatan itu.
"Sikap Iran di masa mendatang masih tetap mematuhi kesepakatan itu dan
tidak akan menarik diri," ujar Zarif.
Iran menganggap langkah Amerika Serikat keliru dengan
memutuskan mengirim armada kapal induk dan pesawat pembom nuklir jarak jauh
B-52 ke Timur Tengah. Mereka menyatakan alasan yang digunakan dengan menyatakan
Iran seolah-olah mengancam keberadaan pasukan AS dan sekutunya di kawasan itu
tidak tepat.
"Pernyataan Bolton sangat ceroboh karena menggunakan kejadian di masa
lampau sebagai alasan melakukan perang mental," kata Juru Bicara Dewan
Keamanan Nasional Iran, Keyvan Khosravi kemarin.
Pernyataan Khosravi merujuk pada klaim Penasihat Keamanan Nasional Amerika
Serikat, John Bolton. Dia menyatakan hal itu dilakukan untuk menekan Iran
supaya tidak macam-macam dengan pasukan dan sekutu AS di Timur Tengah, jika
tidak ingin diserbu.
Khosravi menyatakan mereka sudah mengawasi keberadaan armada tempur dengan
kapal induk USS Abraham Lincoln. Dia mengatakan gugus tugas itu sudah bercokol
di Laut Mediterania sejak 21 hari lalu.
AS juga pernah mengirim USS
Abraham Lincoln ke kawasan Teluk, saat menyerbu Irak pada 2003 silam.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, turut mendukung klaim Bolton soal potensi
ancaman terhadap pasukan dan sekutu AS di Timur Tengah. Namun, dia tidak
merinci bentuk ancaman itu dan alasan mengapa baru saat ini mereka mengirim
armada tempur itu.
Presiden AS, Donald Trump, tahun lalu memutuskan membatalkan sepihak
kesepakatan nuklir dengan Iran. Dia berdalih Iran tetap mengembangkan program
persenjataan peluru kendali mereka.
Trump juga memasukkan Korps Garda Revolusi Iran ke dalam daftar kelompok
teroris. Beberapa waktu lalu Trump juga menerapkan sanksi kepada negara-negara
yang masih membeli minyak dari Iran.
Iran menyatakan tidak bersedia tunduk atas permintaan AS untuk menghentikan
program pengembangan peluru kendali. Akan tetapi, diperkirakan perekonomian
mereka akan kembali terpukul dengan penerapan sanksi pembelian minyak.
Komentar
Posting Komentar