BESTPROFIT - Sebanyak 14 persen perusahaan atau organisasi di Indonesia
sudah mengadopsi teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Studi yang dilakukan oleh Microsoft Indonesia dengan IDC Asia Pasifik ini telah
melakukan wawancara dengan 112 pemimpin bisnis dan 101 karyawan di Indonesia
yang bergerak di bidang otomotif, manufaktur, startup hingga industri energi.
Presiden Direktur Microsoft Indonesia Haris Izmee mengungkap 14 persen
perusahaan telah mengadopsi AI dalam core strategi mereka.
"14 persen organisasi atau perusahaan di Indonesia
sudah mulai mengadopsi AI di dalam core strategi mereka. Data 42 persen dalam
perjalanan atau sudah ada rencana mulai uji coba dengan teknologi AI, yang mana
itu bagus," ujar Haris pada acara Media Briefing di The Ritz-Carlton,
Jakarta, Selasa (12/3).
"Data 42 persen dalam perjalanan atau sudah ada rencana mulai uji coba
dengan teknologi AI, yang mana itu bagus," sambungnya.
Masih rendahnya penerapan teknologi AI ini disebabkan oleh adanya perbedaan
pandangan antara pemimpin dan karyawan. Pasalnya, masih banyak pekerja yang
skeptis terhadap adopsi kecerdasan buatan di Indonesia.
Melihat kendala tersebut, Microsoft Indonesia berupaya untuk mengubah pola
pikir masyarakat soal teknologi kecerdasan buatan ini.
"Bagi Microsoft, AI adalah tentang meningkatkan kecerdikan manusia bukan
menggantikan manusia secara keseluruhan. Pola pikir seperti inilah yang kami
bangun dan sosialisasikan ke masyarakat," jelas Haris.
Lebih lanjut, hasil studi Microsoft Indonesia dan IDC Asia
Pasifik menunjukkan bahwa para pemimpin bisnis menyadari pentingnya kegiatan
re-skilling dan re-training demi meningkatkan kapabilitas karyawan untuk
menghadapi perubahan lanskap bisnis.
Hasil menunjukkan bahwa 81 persen pelaku bisnis memprioritaskan pemberdayaan
keterampilan karyawan di masa depan melalui alokasi investasi.
"Namun, 48 persen pemimpin bisnis belum menerapkan rencana untuk membantu
karyawan mereka memperoleh keterampilan. Sebanyak 20 persen pemimpin bisnis
merasa karyawan tidak tertarik untuk mengembangkan keterampilan baru,"
tutur Haris.
Sebagai informasi, Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dapat
menciptakan pekerjaan-pekerjaan baru untuk manusia.
Adanya pekerjaan-pekerjaan baru itu, turut didampingi oleh
transformasi keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan pekerjaan. Baik di
bidang keterampilan teknis seperti pemrograman dan juga soft skills.
"Microsoft melihat tingginya permintaan terhadap keterampilan soft skills,
menandakan bahwa teknologi berbasis AI masih membutuhkan peran manusia, bukan
menggantikan manusia," kata dia.
Komentar
Posting Komentar