Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Saham Emiten Pengolah Sampah Melonjak, Ini Saham Pilihan Analis

 

Pemerintah semakin serius mendorong pemanfaatan sampah sebagai sumber energi listrik.

Pekan ini, revisi Peraturan Presiden (Perpres) No. 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Listrik atau Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) akan segera diterbitkan.

Langkah ini melengkapi upaya sebelumnya dengan peluncuran Patriot Bond sebagai instrumen pembiayaan proyek strategis nasional, termasuk program waste to energy (WtE). Patriot Bond sudah mencatat permintaan hingga Rp 51,8 triliun.

Kebijakan tersebut memberi sentimen positif terhadap saham-saham emiten di sektor pengolahan limbah. 

Harga saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) misalnya, kini berada di Rp 1.380 per saham, melesat 239,90% sejak awal tahun. Saham PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) juga naik 109,79% menjadi Rp 300, sementara PT Multi Hanna Kreasindo Tbk (MHKI) melompat 180% ke Rp 266 per saham.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai lonjakan saham tersebut tak lepas dari optimisme pasar terhadap kesiapan emiten untuk terlibat dalam proyek pengolahan sampah menjadi energi. 

“Persoalan sampah saat ini sudah dalam kondisi darurat,” ujarnya, Selasa (7/10).

Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menambahkan bisnis pengolahan sampah kini tengah naik daun, baik dari sisi urgensi lingkungan maupun peluang ekonomi. 

Ia mencontohkan, TOBA dan MHKI sudah mulai meraup pendapatan dari proyek WtE, sementara OASA tengah menjajaki kemitraan strategis dengan investor asing guna memperluas bisnis.

“Ke depan bukan mustahil akan muncul emiten baru di sektor ini, tidak hanya dari energi, tapi juga properti hingga logistik yang ingin melakukan diversifikasi bisnis,” tutur Ekky.

Namun, jalan pengembangan bisnis pengolahan sampah tidak sepenuhnya mulus. Tantangan yang dihadapi masih besar, mulai dari kebutuhan belanja modal tinggi, izin lingkungan dan tata ruang yang rumit, hingga keterbatasan teknologi pengolahan modern di dalam negeri.

Selain itu, keberhasilan bisnis ini menuntut kolaborasi erat dengan pemerintah daerah dan PT PLN sebagai pembeli listrik. Artinya, faktor finansial saja tidak cukup, melainkan juga eksekusi dan kemitraan strategis.

Meski demikian, Ekky tetap merekomendasikan akumulasi beli saham TOBA dengan target harga Rp 1.600 per saham, seiring prospek cerah sektor WtE yang makin menjadi perhatian pemerintah. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini