Pemerintah akan mengerjakan proyek Bandara Singkawang, Kalimantan
Barat dengan swasta. Saat ini, mereka mulai menawarkan proyek tersebut kepada swasta.
Direktur Bandara Sinkawang Pramito Hadi mengatakan total kebutuhan investasi
bandara tersebut mencapai Rp4,3 triliun. Kebutuhan investasi tersebut
dibutuhkan untuk belanja modal dan modal operasi.
"untuk capex kebutuhan Rp1,7 triliun dan modal operasi sebanyak Rp2,6
triliun," katanya dalam acara Market Sounding
proyek tersebut di Kantor BPKM, Jakarta, Senin (7/10).
Selanjutnya, Praminto memaparkan proses analisa kelayakan dari proyek Bandara
Singkawang. Praminto mengatakan bahwa dari sisi pendapatan aeronautika, proyek
diharapkan bisa memberikan Rp15,9 triliun untuk 32 tahun.
Sementara itu untuk pendapatan nonaeronautika, diharapkan
bisa memberikan pemasukan sampai dengan Rp2,1 triliun untuk 32
tahun.Rencananya, operasi komersial di Bandara yang nantinya akan dinamakan
"Bandara Komodo" Itu akan dimulai pada tahun 2023.
Praminto mengatakan pembangunan bandara untuk saat ini berada dalam tahap
preparasi atau persiapan. Kalau sudah jadi, bandara seluas 151,45 hektare itu
juga rencananya akan digunakan untuk melayani penerbangan domestik maupun Internasional.
"Beberapa penerbangan yang akan dilaksanakan dari bandara Singkawang ini
adalah ke Surabaya, Semarang, Jakarta, Medan, dan berapa potensial rute yang
untuk internasional adalah ke Singapura, Kuala Lumpur, Taiwan, Hongkong, dan
Nantinya mungkin ada beberapa alternatif yang lain," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) Thomas Lembong
mengatakan model kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) yang dilakukan
pemerintah dalam pembangunan Bandara Singkawang tersebut merupakan alternatif
pembiayaan infrastruktur yang penting.
Pasalnya, menurut Thomas, saat ini kondisi ekonomi global sedang tak menentu,
sehingga penggunaan APBN harus lebih diminimalkan demi mengurangi
ketergantungan pembiayaan.
"Kami sejauh mungkin harus bergeser dari ketergantungan dari APBN. Soalnya
ekonomi ini lagi berat, kondisi APBN per hari ini aja outlook-nya kepeleset dari target
penerimaan pajak sampai 200 triliun," kata Thomas.
Selain itu, Thomas juga menyatakan bahwa level infrastruktur di Indonesia masih
jauh tertinggal dari Thailand dan Malaysia.
"Kalau dilihat posisi saing di negara tetangga kita masih jauh ketinggalan
dibanding Malaysia dan Thailand. Kita masih defisit infrastruktur meski kita
lari kencang bangun infrastruktur, negara tetangga juga nggak berdiri diam
mereka juga kencang membangun," imbuh Thomas.
Thomas kemudian menyatakan pembangunan-pembangunanproyekKPBU
harus difokuskan, sehingga diharapkan dapat menjadi salah satu poin dari
peningkatan infrastruktur di Indonesia.
"Proyek yang dibangun melalui skema ini harus fokus dan
komprehensif agar hasilnya juga optimal," ucapnya.
Komentar
Posting Komentar