Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Narasi #GejayanMemanggil2: Tak Lagi Murni Milik Mahasiswa


Seruan #GejayanMemanggil2 sebagai ajakan untuk menyalurkan aspirasi lewat aksi mahasiswa di depan Gedung DPR, menurut pengamat media sosial Ismail Fahmi tak lagi murni menjadi suara mahasiswa saja. Tapi tagar yang populer di Twitter ini sudah menjadi lahan pertempuran banyak pihak.

Ketika ditanya CNNIndonsia.com mengenai tren tagar ketika aksi mahasiswa terjadi kemarin (30/9), Ismail membeberkan temuannya. Menurut analisis perangkat lunak Drone Emprit periode 22 September sampai 1 Oktober 2019, terdapat empat kelompok yang bertarung dengan tagar ini.

Keempatnya adalah mahasiswa, mereka yang pro pemerintah, oposisi, bahkan mereka yang membawa isu G30SPKI. Pada cuitannya, Ismail menggambarkan bagaimana empat kelompok tersebut bertarung menggunakan tagar #GejayanMemanggil2.

"Top influencer #GejayanMemanggil2 (juga) diisi oleh mereka dari ketiga elemen utama. Tidak lagi menjadi narasi murni milik mahasiswa," cuitnya, Selasa (1/10). "Ke depan, bukan tidak mungkin setiap tagar baru yang dibuat, akan langsung dimanfaatkan oleh semua elemen."

Dalam cuitannya, Ismail memperlihatkan 5 akun yang punya pengaruh paling besar; @JDAgraria, @imau_rokan, @Anggraini_4yu, @harychandra091, dan @FierasBerasi.

Dengan banyaknya "campur tangan" pada tagar yang digunakan menurut Ismail akan membuat mahasiswa kehilangan kendali atas narasi utama dari aksi mereka.

Dari sisi volume, menurut Ismail tagar ini kurang populer dibanding #GejayanMemanggil yang ramai digaungkan pekan lalu saat aksi mahasiswa pertama bergulir.

Berdasarkan data yang dihimpub, tren #GejayanMemanggil2 hanya mencapai angka 40 ribupercakapan. Kalah jauh dibanding #GejayanMemanggil sebanyak 180 ribu percakapan dan #ReformasiDikorupsi yakni 47 ribu percakapan. Oleh sebab itu, Ismail menilai akan sulit jika ingin membangun narasi #GejayanMemanggil jilid selanjutnya.
"Pada hari H [30 September], volume #GejayanMemanggil2 hanya 40k, kalah dibanding #GejayanMemanggil 180k. Bahkan masih kalah dibanding #ReformasiDikorupsi 47k (ribu), di sisi lain tagar #MahasiswaPelajarAnarkis berhasil membangun narasi negatif kepada aksi ini," cuit Ismail melalui akun Twitter pribadinya, Selasa (1/10).

"Total volume keempat tagar memperlihatkan dengan jelas, energi #GejayanMemanggil2 jauh berkurang. Sehingga akan sulit untuk kemudian membuat versi 3,4,5, dst," lanjut dia.

Selain itu, Ismail memberi perhatian pada narasi mengenai aksi Anak STM. Narasi nii menurutnya sangat tinggi sehingga mengalahkan narasi awal #GejayanMemanggil.

"Narasi "Anak STM" telah mendisrupsi aksi mahasiswa (...) mereka mudah sekali disusupi, atau jadi proxy untuk membangun narasi anarkisme," tulisnya.

Sehingga menurut Ismail, mahasiswa tidak bisa terus mengandalkan aksi demonstrasi untuk menyuarakan aspirasi mereka. Sebab, aksi damai mahasiswa bisa dengan mudah disusupi dan dibuat jadi aksi kekacauan pada malam hari.

"Itu di luar kontrol mereka," pungkas Ismail.
Kedua, Ismail mengingatkan bahwa perjuangan mahasiswa bukanlah untuk jangka pendek. Tapi merupakan perjuangan jangka panjang. Karena kontrol publik sangat dibutuhkan mengingat kualitas DPR dan DPRD hasil Pemilu lalu sangat rendah.

"Perjuangan mereka adalah 'marathon' bukan 'sprint' [...] kontrol publik dari mahasiswa sangat diperlukan. Bukan hanya saat ini, tapi juga seterusnya," cuitnya.

Sebelumnya, mahasiswa Yogyakarta sempat menggelar unjuk rasa bertajuk #GejayanMemanggil2 pada Senin (30/9) kemarin. Ini adalah aksi lanjutan dari #GejayanMemanggil yang digelar pekan lalu, 23 September.

Aksi masih diinisiasi oleh Aliansi Rakyat Bergerak yang dihuni para mahasiswa lintas kampus. Tanggal aksi yang jatuh 30 September dipilih karena berbarengan dengan sidang paripurna DPR periode 2014-2019 yang terakhir kali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini