LIPI: Karhutla Riau Ancaman Bagi Harimau dan Burung Rangkong
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut sebaran dampak
kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pekanbaru, Riau bakal mengancam
kelangsungan hidup harimau Sumatra.
"Pastinya mengancam habitat di sana, kalau hewan di sana itu yang asli Pulau Sumatra salah satunya spesies harimau. Namun mereka itu punya naluri untuk berpindah tempat," kata Plt Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI, Joeni Setijo Rahajoe saat dihubungi
"Pastinya mengancam habitat di sana, kalau hewan di sana itu yang asli Pulau Sumatra salah satunya spesies harimau. Namun mereka itu punya naluri untuk berpindah tempat," kata Plt Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI, Joeni Setijo Rahajoe saat dihubungi
Selain harimau, Joeni mengatakan spesies hewan lain yang
keberadaannya terancam yakni burung rangkong jenis Enggang Papan. Burung ini
berukuran besar dengan panjang mencapai 160 sentimeter dan ekornya berwarna
belang hitam-putih dengan leher kecil yang menyangga kepala berparuh
kuning.
Terkait kebakaran hutan dan
lahan yang semakin luas, Joenin mengatakan pihaknya belum mengetahui pasti awal
muncul titik api (hotspot). Menurutnya LIPI masih
harus melakukan peninjauan lebih lanjut terkait hal tersebut.
"Belum tahu ya kalau di Riau pemantik apinya dari mana, kita juga tidak bisa menyebut karhutla ini karena ulah manusia makanya harus ditinjau lagi," ucapnya.
Kendati demikian Joeni tak menampik jika musim kemarau turut memengaruhi laju titip api hingga meluas ke sejumlah area hutan. Ia mengatakan lahan gambut akan mengering saat musim kemarau sehingga mudah terbakar.
Ditambah lagi dengan gambut dari bahan bakar sisa tumbuhan jika sampai di bawah permukaan dapat membuat api di lahan gambut mudah menjalar.
"Sekarang kan lagi musim kemarau panjang, lahan gambut di sana pasti kering sehingga mudah sekali terbakar," pungkasnya.
"Belum tahu ya kalau di Riau pemantik apinya dari mana, kita juga tidak bisa menyebut karhutla ini karena ulah manusia makanya harus ditinjau lagi," ucapnya.
Kendati demikian Joeni tak menampik jika musim kemarau turut memengaruhi laju titip api hingga meluas ke sejumlah area hutan. Ia mengatakan lahan gambut akan mengering saat musim kemarau sehingga mudah terbakar.
Ditambah lagi dengan gambut dari bahan bakar sisa tumbuhan jika sampai di bawah permukaan dapat membuat api di lahan gambut mudah menjalar.
"Sekarang kan lagi musim kemarau panjang, lahan gambut di sana pasti kering sehingga mudah sekali terbakar," pungkasnya.
Hingga Jumat (13/9) pukul 06.00 WIB data Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) stasiun Pekanbaru mencatat ada 1.319 titik
panas yang menjadi indikasi awal karhuta di Pulau Sumatra. Titik panas
terbanyak terdapat di Provinsi Sumatera Selatan (537), disusul Jambi (440), dan
RIau (239)..
Khusus di Riau, titik panas terbanyak di Kabupaten Indragiri Hilir (127), Indragiri Hulu (31), Pelalawan (30), Rokan Hilir (18), Kuansing dan Kampar (masing-masing 11), Bengkalis (7), Siak (3), dan kota Dumai (1). Dari jumlah tersebut dipastikan ada 177 titik api dengan lokasi terbanyak di Inragiri Hilir (98, Inhu (20), Pelalawan (21), Rohil (13), Kuansing (9), Kampar (8), Bengkalis (6), dan Siak (2).
Khusus di Riau, titik panas terbanyak di Kabupaten Indragiri Hilir (127), Indragiri Hulu (31), Pelalawan (30), Rokan Hilir (18), Kuansing dan Kampar (masing-masing 11), Bengkalis (7), Siak (3), dan kota Dumai (1). Dari jumlah tersebut dipastikan ada 177 titik api dengan lokasi terbanyak di Inragiri Hilir (98, Inhu (20), Pelalawan (21), Rohil (13), Kuansing (9), Kampar (8), Bengkalis (6), dan Siak (2).
Komentar
Posting Komentar