Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Kilang Minyak Aramco Diserang, Dolar AS Menguat Jadi Rp14.082


Nilai tukar rupiah tercatat di posisi Rp14.082 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Selasa (17/9) pagi. Posisi ini melemah 0,28 persen dibanding perdagangan rupiah pada Senin (16/9) sore yakni Rp14.042 per dolar AS.

Pagi hari ini, mayoritas mata uang utama Asia melemah terhadap dolar AS. Dolar Singapura melemah 0,03 persen, yen Jepang melemah 0,06 persen, baht Thailand melemah 0,08 persen, ringgit Malaysia melemah 0,15 persen, peso Filipina melemah 0,22 persen, dan won Korea Selatan melemah 0,32 persen.

Di kawasan Asia, hanya dolar Hong Kong saja yang menguat terhadap dolar AS dengan nilai 0,03 persen. Mata uang negara maju seperti dolar Australia melemah sebesar 0,06 persen terhadap dolar AS dan poundsterling Inggris pun melemah 0,07 persen. Namun, di sisi lain, euro menguat 0,07 persen.


Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah masih disebabkan oleh kenaikan permintaan minyak AS yang juga mendorong permintaan dolar AS. Ini terjadi setelah pasokan minyak dunia berkurang 5 persen akibat kilang minyak Arab Saudi milik Saudi Aramco di Abqaiq diserang.
Serangan kilang minyak tersebut sempat membuat harga minyak melambung hingga 15 persen. Hal ini dianggap sebagai sentimen negatif bagi rupiah mengingat Indonesia adalah negara pengimpor minyak.

Harga minyak yang naik menyebabkan nilai impor minyak membengkak, di mana hal tersebut akan semakin membebani defisit transaksi berjalan. Jika defisit transaksi berjalan membesar, maka devisa berkurang dan Bank Indonesia (BI) kurang memiliki amunisi di pasar valas untuk memperkuat nilai tukar rupiah.

"Oleh karena itu, rupiah akan rentan melemah. Dibayangi risiko depresiasi, rupiah tentu tidak menjadi pilihan," jelas Ibrahim, Selasa (17/9).
Hanya saja, masih ada angin segar yang menyokong pergerakan rupiah pada hari ini. Salah satunya, pelaku pasar menunggu hasil pertemuan bank sentral Jepang dan AS pada pekan ini. Bahkan, pelaku pasar masih meramal bahwa bank sentral AS The Fed akan menurunkan suku bunga acuan pada Jumat (20/9) mendatang.

Kemudian, pelaku pasar juga menyoroti pertemuan antara AS dan China ihwal negosiasi perang dagang pada bulan depan. "Sehingga rupiah pada hari ini ada di rentang Rp13.990 hingga Rp14.070 per barel," jelas dia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini