Desainer Indonesia Desain 'Alat Pembeku Es' di Antartika
Tim desainer asal Indonesia
membuat desain tak biasa untuk mengatasi perubahan iklim yang membuat es
mencair lebih cepat di Antartika. Faris Rajak Kotahatuhaha, arsitek asal
Indonesia dalam kompetisi desain dengan tema 'Uncanny Sustainability'
mencetuskan pendekatan untuk 'membekukan' gunung es di kutub Bumi.
Faris melakukan pendekatan dengan mengintervensi kutub yang membuat kutub mencair dari tahun ke tahun. Pendekatan yang dicetuskannya yakni dengan menaburkan pasir buatan untuk mencerahkan awan.
Ia menganalogikan sebuah kapal selam yang bisa menghasilkan gunung es yang mampu memproduksi es setebal 4,8 meter hingga bisa membentuk es berbentuk heksagonal setebal 25 meter.
Faris melakukan pendekatan dengan mengintervensi kutub yang membuat kutub mencair dari tahun ke tahun. Pendekatan yang dicetuskannya yakni dengan menaburkan pasir buatan untuk mencerahkan awan.
Ia menganalogikan sebuah kapal selam yang bisa menghasilkan gunung es yang mampu memproduksi es setebal 4,8 meter hingga bisa membentuk es berbentuk heksagonal setebal 25 meter.
Pilihan redaksi |
www.ptbestprofit.com |
www.ptbestprofitfutures.com |
www.pt-bestprofit.com |
Mengutip CNN, proses 'membekukan' es
yang mencair dimulai dengan 'mencelupkan kapal selam ke di bawah permukaan air
laut untuk mengisi runggat pusat dengan air laut. Kandungan garam kemudian
disaring untuk meningkatkan titik beku air hingga mencapai -16 derajat Celcius.
Setelah itu palka akan menutup ruang untuk melindungi air di dalamnya dari
paparan matahari.
Gunung es kemudian akan terbentuk secara alami di dalamnya, sebelum dikeluarkan dalam sebulan kemudian.
Rajak mengatakan bentuk heksagonal bisa mendorong potongan es di dalamnya untuk membentuk massa beku yang lebih besar.
"Arktik telah kehilangan es dari tahun ke tahun dalam beberapa dekade terakhir. Jadi kami mencoba menyelesaikan masalah melalui cara berpikir yang berbeda," pungkas Faris.
Andrew Shepher, profesor pengamatan Bumi di Leed University, Inggris mengatakan gagasan tersebut sebagai solusi rekayasa yang menarik, kendati skalabilitas proyeknya masih dipertanyakan.
Gunung es kemudian akan terbentuk secara alami di dalamnya, sebelum dikeluarkan dalam sebulan kemudian.
Rajak mengatakan bentuk heksagonal bisa mendorong potongan es di dalamnya untuk membentuk massa beku yang lebih besar.
"Arktik telah kehilangan es dari tahun ke tahun dalam beberapa dekade terakhir. Jadi kami mencoba menyelesaikan masalah melalui cara berpikir yang berbeda," pungkas Faris.
Andrew Shepher, profesor pengamatan Bumi di Leed University, Inggris mengatakan gagasan tersebut sebagai solusi rekayasa yang menarik, kendati skalabilitas proyeknya masih dipertanyakan.
Shepherd memperkirakan gagasan ini bisa menggantikan es di
kutub pada tingkat yang sama saat mencair selama empat dekade terakhir. Ia menyebut
butuh sekitar 10 juta kapal selam untuk menggantikan es yang mencair.
"Jika es yang dihasilkan cukup. maka pada akhirnya bisa mengubah suhu planet dan menyebabkan berkurangnya pencairan es di daratan serta berkurangnya kenaikan permukaan laut," ujar Shepherd.
Sebelumnya pada 2017 tim peneliti dari Arizona State University mencetuskan konsep berupa pompa bertenaga angin untuk menghisap air laut dan menyemprotkannya ke permukaan es. Dengan cara ini, es yang mencair bisa membeku lebih cepat.
Tim peneliti menyarankan penggunaan 10 juta alat untuk bisa menambah satu meter es di lapisan es kutub selama musim dingin.
"Jika es yang dihasilkan cukup. maka pada akhirnya bisa mengubah suhu planet dan menyebabkan berkurangnya pencairan es di daratan serta berkurangnya kenaikan permukaan laut," ujar Shepherd.
Sebelumnya pada 2017 tim peneliti dari Arizona State University mencetuskan konsep berupa pompa bertenaga angin untuk menghisap air laut dan menyemprotkannya ke permukaan es. Dengan cara ini, es yang mencair bisa membeku lebih cepat.
Tim peneliti menyarankan penggunaan 10 juta alat untuk bisa menambah satu meter es di lapisan es kutub selama musim dingin.
Komentar
Posting Komentar