PT.Bestprofit - Kementerian Luar Negeri Indonesia mengeluhkan sikap
pemerintah Malaysia. Sebab
selama ini Negeri Jiran tak memberikan kontribusi dalam proses pembebasan warga Indonesia
yang diculik kelompok Abu Sayyaf
di wilayah mereka.
Indonesia bersama Malaysia dan Filipina telah sepakat membentuk kerja sama
trilateral untuk memperketat pengamanan di perairan Sulu, Sabah, dan
sekitarnya. Hal itu dilakukan setelah marak penculikan dan perompakan di
wilayah itu oleh Abu Sayyaf pada 2016-2017 lalu.
"Para sandera diculik di wilayah Malaysia, tapi dalam proses pembebasannya
tidak ada kontribusi pemerintah malaysia sama sekali," ucap Direktur
Perlindungan WNI dan Badan Hukum Kemlu RI, Lalu Muhammad Iqbal, melalui
pernyataan yang diterima
Pernyataan itu diutarakan Iqbal menyusul pembebasan Samsul
Saguni, salah satu WNI yang disandera Abu Sayyaf saat melaut di perairan Sabah
pada 11 September lalu. Saat itu, Samsul tak sendiri.
Salah satu rekannya yang berada di kapal ikan yang sama, Usman Yunus, juga ikut
diculik Abu Sayyaf. Namun, Usman berhasil dibebaskan lebih dulu pada 7 Desember
lalu.
Sementara itu, Samsul berhasil dibebaskan di Jolo pada
Selasa (15/1) sekitar pukul 16.30 waktu lokal, setelah empat bulan disandera
Abu Sayyaf. Iqbal menyatakan pemerintah Filipina selalu membantu dalam upaya
pembebasan sandera.
Menurut Iqbal, pembebasan Samsul dilakukan tanpa tebusan.
"Tidak ada tebusan. (Pembebasan) lebih karena memanfaatkan aset-aset kita
di sana. Gubernur Syakur Tan misalnya, dia merupakan kontak lama kita,"
kata Iqbal.
Iqbal mengatakan saat ini Samsul masih berada di Pangkalan
Militer Westmincon, Jolo, untuk diperiksa kesehatannya sebelum diterbangkan ke
Zamboanga City.
Proses pemulangan, kata Iqbal akan segera dilakukan setelah Samsul
diserahterimakan secara resmi kepada KBRI di Manila.
Sebelum bebas, video Samsul yang merintih meminta pertolongan sempat tersebar
di media sosial Malaysia beberapa waktu lalu.
Samsul terlihat menangis dan memohon bantuan dari bawah lubang tanah. Dalam
video, dia terlihat mengenakan celana pendek berwarna merah muda tanpa pakaian,
didampingi dua orang yang terlihat sebagai penyandera sambil menodongkan senjata
ke arahnya.
Berdasarkan sumber dari Filipina, video itu dikirim oleh Abu Sayyaf kepada
pemilik kapal berbendera Malaysia demi meminta tebusan. Pemilik kapal lantas
mengirim rekaman itu kepada aparat, dan kemudian tersebar.
Lebih lanjut, Iqbal memaparkan sejak 2016, dari sebanyak 36
WNI disandera Abu Sayyaf di Filipina Selatan, 34 di antaranya sudah bebas.
"Dan dua WNI lainnya hingga kini masih dalam upaya pembebasan," kata
Iqbal.
pemerintah Malaysia melalui kedutaan besar untuk meminta
tanggapan, tetapi mereka belum memberikan klarifikasi.
Komentar
Posting Komentar