Rupiah 'Gagah Perkasa' ke Rp14.049 per Dolar AS
PT.Bestprofit - Nilai tukar rupiah berada di
posisi Rp14.049 per dolar AS
pada perdagangan pasar spot Selasa pagi (8/1). Posisi ini menguat 34 poin atau
0,24 persen dari Senin (7/1) di Rp14.082 per dolar AS.
Di kawasan Asia, rupiah menguat bersama peso Filipina 0,15 persen, ringgit Malaysia 0,09 persen, dan won Korea Selatan 0,02 persen.
Sementara, mata uang Asia lainnya justru bersandar di zona merah. Dolar Singapura melemah 0,01 persen, yen Jepang minus 0,01 persen, dolar Hong Kong minus 0,03 persen, dan baht Thailand 0,11 persen.
Di kawasan Asia, rupiah menguat bersama peso Filipina 0,15 persen, ringgit Malaysia 0,09 persen, dan won Korea Selatan 0,02 persen.
Sementara, mata uang Asia lainnya justru bersandar di zona merah. Dolar Singapura melemah 0,01 persen, yen Jepang minus 0,01 persen, dolar Hong Kong minus 0,03 persen, dan baht Thailand 0,11 persen.
Begitu pula dengan mata uang utama negara maju, mayoritas
melemah dari mata uang Negeri Paman Sam. Franc Swiss melemah 0,03 persen, euro
Eropa minus 0,09 persen, rubel Rusia minus 0,16 persen, dan dolar Australia
minus 0,16 persen.
Hanya dolar Kanada dan poundsterling Inggris yang bersandar di zona hijau dengan penguatan masing-masing 0,05 persen dan 0,01 persen dari dolar AS.
Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang
Hanya dolar Kanada dan poundsterling Inggris yang bersandar di zona hijau dengan penguatan masing-masing 0,05 persen dan 0,01 persen dari dolar AS.
Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang
Rp13.940-14.100 per dolar AS
dengan kecenderungan menguat pada hari ini. Sebab, sentimen positif dari
global, regional, dan domestik diperkirakan masih ada.
Dari global, sentimen pernyataan bank sentral AS, The
Federal Reserve yang tidak begitu agresif dalam menaikkan tingkat bunga acuan
(dovish) masih akan berpengaruh pada pergerakan rupiah.
Lalu, dari regional, ada penguatan mata uang China yang ikut menggerakkan rupiah. Kemudian, dari domestik, ada topangan yang cukup kuat dari fundamental ekonomi Indonesia, khususnya inflasi rendah di 3,13 persen.
"Ada pula penantian pelaku pasar terhadap risalah rapat FOMC Meeting (rapat The Fed) pada Rabu mendatang," ucapnya
Lalu, dari regional, ada penguatan mata uang China yang ikut menggerakkan rupiah. Kemudian, dari domestik, ada topangan yang cukup kuat dari fundamental ekonomi Indonesia, khususnya inflasi rendah di 3,13 persen.
"Ada pula penantian pelaku pasar terhadap risalah rapat FOMC Meeting (rapat The Fed) pada Rabu mendatang," ucapnya
Komentar
Posting Komentar