Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Mitratel (MTEL) Bertransformasi dari TowerCo Menjadi InfraCo

 

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel telah bertransformasi menjadi penyedia infrastruktur digital terbesar di Asia Tenggara dari yang awalnya hanya membangun jaringan telekomunikasi berbasis telepon. 

Direktur Utama Dayamitra Telekomunikasi Theodorus Ardi mengatakan, tahun ini, tepatnya pada 23 Oktober 2024, Mitratel genap berusia 16 tahun dan sudah banyak perubahan bisnis model yang dilakukan MTEL. 

Perkembangan bisnis Mitratel ditandai dengan semakin agresif membangun jaringan menara di seluruh Indonesia, termasuk di daerah terpencil dan terluar yang saat itu belum mendapatkan akses telekomunikasi secara memadai.

Per Juni 2024, Mitratel tercatat memiliki 38.581 menara dengan 58.598 penyewa. Dengan jumlah tersebut, MTEL telah menguasai 54% bisnis penyewaan menara di dalam negeri. 

Jika dirinci, dari 38.581 menara yang dimiliki MTEL, sebanyak 15.974 menara atau setara 41% berlokasi di pulau jawa. Sementara 22.607 menara sisanya atau setara 59%, berada di luar Pulau Jawa.

"Agresivitas membangun jaringan dan serangkaian akuisisi aset menara serta fiber menjadikan Mitratel menjelma menjadi digital infraco yang ada di Indonesia," kata Theodorus yang akrab disapa Teddy ini dalam keterangan resmi, Kamis (24/10). 

Selain berevolusi di model bisnis, Mitratel juga melakukan lompatan penting ketika memutuskan menjadi perusahaan publik dengan melakukan penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO) pada 2021. 

"Dengan menjadi perusahaan publik, penerapan good corporate governance (GCG) semakin baik dan terus dipacu untuk memberikan nilai tambah bagi seluruh  pemegang saham," kata Teddy. 

Sekadar mengingatkan, MTEL meraup dana segar Rp 18,33 triliun dalam IPO. Anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) ini menawarkan sekitar 229 juta saham dengan harga Rp 800 per saham. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini