Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Intip Rekomendasi Saham Pilihan Analis Rabu (2/10), IHSG Berpotensi Menguat Terbatas

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan memulai perdagangan dari posisi 7.642,13 pada hari ini, Rabu (2/10). Level ini didapat setelah IHSG menguat 1,52%  pada akhir perdagangan Selasa (1/10). 

Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat sentimen global dari sejumlah rilis data Amerika Serikat (AS) memengaruhi kondisi pasar. 

Misalnya, US JOLTS Job Openings mengalami kenaikan dari sebelumnya 7.711 ribu pada Agustus 2024 menjadi 8.040 ribu pada September 2024. Hal ini tentu saja mengindikasikan bahwa adanya peningkatan permintaan tenaga kerja yang moderat. 

Untuk ISM Manufacturing juga tetap berada di level 47,2 pada September 2024. Meskipun stabil, dirinya melihat ada potensi pelemahan di masa mendatang. 

Dari pasar Eropa, data inflasi secara bulanan (month on month/MoM) mengalami penurunan dari sebelumnya 0,1% pada Agustus menjadi -0,1% dan secara tahunan (yoy) turun dari sebelumnya 2,2% menjadi 1,8%.

Kemudian Consumer Price Index mengalami penurunan dari sebelumnya 2,8% (yoy) menjadi 2,7% (yoy). Melihat kondisi itu, Bank Sentral Eropa tampaknya akan kembali menurunkan tingkat suku bunga. Ditambah lagi adanya tensi geopolitik yang kembali memanas. 

"Untuk pertama kalinya sejak tahun 2021, inflasi Eropa akhirnya turun di bawah 2% yang membuat potensi penurunan sebanyak 25 basis poin (bps) mulai kembali terlihat," kata Nico dalam riset hariannya, Rabu (2/10).

Dari pasar dalam negeri, Bank Indonesia merilis tingkat inflasi Indonesia untuk bulan September 2024 yang secara tahunan tercatat menurun dari sebelumnya 2,12% menjadi 1,84%, secara bulanan juga mengalami penurunan dari sebelumnya -0,03% menjadi -0,12%, dan inflasi inti secara tahunan tercatat naik dari sebelumnya 2,02% menjadi 2,09%. 

"Dengan begitu Indonesia telah mengalami deflasi selama 5 bulan berturut," ujarnya.

Selain inflasi, kemarin indeks manufaktur PMI untuk bulan September juga yang masih terkontraksi atau di bawah 50 meskipun mengalami kenaikan dari sebelumnya 48,9 menjadi 49,2.

"Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat IHSG berpotensi menguat terbatas dengan support dan resistance di level 7.465 – 7.675. Potensi koreksi, tetap terbuka," terangnya.

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menyampaikan secara teknikal IHSG masih lebih berpeluang menguji support 7.460 dengan resistance 7.740 pada Rabu (2/10).

"Sentimen profit taking, pergerakan harga komoditas serta pergerakan bursa saham internasional berpotensi akan mempengaruhi pergerakan IHSG," kata William kepada Kontan, Selasa (1/10).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini