Janji palsu hampir tengah malam
Best Profit - Sejak Senin pagi, Gedung Putih sudah disibukkan dengan
bermacam rapat. Namun, yang mencuri perhatian adalah pembahasan soal
Iran.Pembicaraan dimulai ketika Majelis Keamanan Nasional Gedung Putih
mengedarkan materi rapat. Penasihat keamanan nasional AS, H.R. McMaster,
dan Menteri Keuangan, Steven Mnuchin, lebih banyak mendengarkan paparan
dari sejumlah orang-orang yang mengaku 'pakar' dalam urusan menghadapi
Iran.
Sore menjelang. Para pewarta meliput di sana dikumpulkan buat jumpa
pers soal sikap AS kepada Iran. Namun, mendadak dibatalkan dengan alasan
Presiden Donald Trump hendak membahas ulang keputusannya. Jadilah
Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson, dan beberapa penasihat dipanggil.
Pembahasan cukup alot hingga hampir tengah malam.
Dari selentingan beredar, Trump mulanya hendak membiarkan sanksi Iran
berada dalam status quo selama tiga bulan. Opsi kedua, dia
memperpanjang keringanan sanksi kepada Iran, tetapi menolak kalau negara
itu memenuhi syarat dalam melucuti program nuklir, seperti dilansir
dari laman ABC News kemarin.
Selesai berunding, akhirnya Gedung Putih menggelar konferensi pers
yang ditunggu-tunggu, tetapi malah kacau balau. AS menyatakan bakal
meringankan sanksi karena terbukti patuh menghentikan program nuklir,
tetapi Iran dianggap 'mencederai semangatnya'. Menurut AS, Iran tetap
menjadi ancaman karena berkeras mengembangkan misil balistik dan
'kegiatan mencurigakan' lainnya.
Kalau begini keadaannya, maka Iran terancam bisa-bisa mendapat sanksi
dengan alasan selain program nuklir. Padahal, jauh-jauh hari
perundingan sudah digelar. Hanya saja nampaknya Trump memang keras
kepala dan selalu mencari celah buat menekan Teheran.Dua tahun lalu, Presiden Barrack Obama sudah sepakat meringankan
sanksi buat Iran, asalkan patuh dengan menghentikan program nuklir
selama satu dekade atau lebih. Imbalannya mereka menuntut penggantian
uang jutaan dolar.
AS juga mencari-cari alasan soal 'mencederai semangat' dengan dalih
pelanggaran hak asasi di Iran, dan masih menuduh mereka membantu
kegiatan teror. Malah, mereka hendak memasukkan Garda Revolusi Iran ke
dalam daftar organisasi teroris dunia.Kami berharap menjatuhkan sanksi baru karena program misil balistik
dan kapal cepat Iran," kata seorang pejabat AS yang menolak ditulis
namanya.
Sebelum pengumuman sikap AS yang mengecewakan, Iran nampaknya lebih
dulu menangkap sinyal buruk. "Kami tidak tahu yang mana yang harus kami
pahami dan dengan cara apa," kata Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad
Javad Zarif,seperti dilansir dari laman Al Jazeera kemarin.Presiden Majelis Nasional Iran-AS, Trita Parsi, mengaku tidak heran
dengan sikap Trump.
Dengan memilih cara itu, berarti Trump mengabaikan
perjanjian, tetapi hendak cuci tangan. Mereka membikin efek kejut dan berharap Iran bereaksi lebih dulu
dengan melanggar perjanjian. Dengan begitu Iran akan membayar harga dari
batalnya kesepakatan, bukan pemerintahan Trump," kata Trita.
Komentar
Posting Komentar