Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Sampoerna Agro (SGRO) Incar Pertumbuhan Produksi TBS 5% pada 2025

 

Emiten produsen sawit PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) berharap dapat meningkatkan kinerjanya pada 2025. Emiten ini telah menyiapkan strategi jitu untuk mendongkrak kemampuan produksi minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).

Head of Investor Relation Sampoerna Agro Stefanus Darmagiri menyampaikan, pihaknya berharap adanya perbaikan produksi Tandan Buah Segar (TBS) dari kebun inti perusahaan. Dalam hal ini, produksi TBS SGRO ditargetkan tumbuh 5% pada 2025. 

Optimisme ini muncul seiring berkurangnya dampak fenomena El-Nino yang terjadi pada semester II-2023 silam. SGRO pun sudah mampu meningkatkan produksi TBS dan CPO yang cukup signifikan sejak kuartal IV-2024. 

“Alhasil, kami dapat meminimalisir persentase penurunan produksi TBS dan CPO perusahaan,” tutur dia, Rabu (12/3).

SGRO belum mengumumkan realisasi produksi sawit hingga akhir 2024. Per kuartal III-2024, SGRO mencatatkan penurunan produksi TBS sebesar 22% year on year (yoy) menjadi 1,1 juta ton. 

Adapun produksi CPO perusahaan ini turun 26% yoy menjadi 219.120 ton pada periode yang sama.

Lebih lanjut, untuk memperkuat produksi CPO pada 2025, SGRO berupaya menerapkan best agronomy practices yang berfokus pada program intensifikasi lahan perkebunan yang telah berjalan sejak tahun-tahun sebelumnya.

Intensifikasi ini meliputi mekanisasi penanaman sawit, manajemen sistem pengairan, peningkatan infrastruktur dan digitalisasi dalam rangka peningkatan pengawasan, serta efektivitas produksi dan efisiensi kerja di perkebunan. 

“Upaya-upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja operasional perusahaan,” tandas Stefanus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini