Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Penyebab IHSG Longsor pada Selasa (18/3), dari Kacamata Sejumlah Analis Asing

 

Pasar saham Indonesia tengah bearish. Selasa (18/3), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 3,84% ke level 6.223,38.

IHSG sempat longsor hingga lebih dari 5% dan Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan trading halt.

HSG memasuki wilayah bearish sejak 28 Februari 2025, turun lebih dari 20% dari puncak rekornya pada 19 September 2024.

"Penurunan tajam hari ini terasa lebih seperti pelepasan posisi dan likuidasi paksa, terutama bagi mereka yang berdagang dengan margin, daripada perubahan fundamental," kata Mohit Mirpuri, seorang manajer dana di SGMC Capital yang berbasis di Singapura seperti dilansir Reuters, Selasa (18/3).

Aksi jual tersebut menggarisbawahi meningkatnya kekhawatiran investor tentang rencana belanja pemerintah Indonesia dan prospek ekonomi Indonesia karena investor asing keluar dari pasar saham.

Penurunan hampir 30% dalam pendapatan pemerintah Indonesia pada bulan Januari, karena Presiden Prabowo Subianto menerapkan rencana belanja besar, telah menimbulkan kekhawatiran tentang keberlanjutan fiskal dan potensi lonjakan pinjaman.

Fokus investor sekarang akan tertuju pada keputusan kebijakan dari Bank Indonesia (BI) pada Rabu (19/3), ketika bank sentral secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap, memprioritaskan stabilitas mata uang.

Rupiah melemah 2% terhadap dolar AS tahun ini meskipun ada intervensi bank sentral.

"Data deflasi baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran pada kisah pertumbuhan konsumsi. Pertemuan BI besok dapat memberikan dorongan taktis jika terjadi penurunan suku bunga, tetapi gambaran yang lebih besar tetap merupakan salah satu posisi selektif daripada pemulihan yang luas," kata Mirpuri.

Sementara Bloomberg melaporkan, para trader mengatakan aksi jual tersebut tidak didorong oleh satu katalis tunggal. Melainkan kombinasi berbagai faktor termasuk kekhawatiran atas langkah-langkah populis Presiden Prabowo Subianto, dan ketidakpastian atas kepemimpinan Kementerian Keuangan.

"Investor asing jelas terguncang oleh sinyal-sinyal Prabowo yang meresahkan tentang realokasi anggaran dan kemampuan Kementerian Keuangan untuk mempertahankan disiplin fiskal secara keseluruhan," kata Homin Lee, ahli strategi makro senior di Lombard Odier Ltd. di Singapura. 

Ia menambahkan, pelemahan penerimaan negara baru-baru ini dan defisit awal yang diakibatkannya tampaknya menghidupkan kembali kekhawatiran pasar tentang masa depan kabinet.

Nirgunan Tiruchelvam, seorang analis di Aletheia Capital di Singapura mengatakan, aksi jual saham ini merupakan hal yang tiba-tiba dalam banyak hal kejadian ini mengejutkan pasar. 

“Langkah-langkah antibisnis Prabowo dapat memperburuk situasi ini, tetapi sekarang tampaknya sudah dipenuhi dengan banyak hal negatif,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg.

Investor sekarang menantikan pertemuan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) pada Rabu (19/3). Para pembuat kebijakan dapat mengungkap langkah-langkah untuk lebih menstabilkan pasar keuangan negara dan meningkatkan pertumbuhan.

“Pasar tidak suka ketidakpastian, tetapi mereka suka arah — sekarang giliran para pembuat kebijakan untuk menentukan arahnya,” kata Mohit Mirpuri, seorang manajer dana di SGMC Capital Pte di Singapura.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini