Sri Mulyani Proyeksi Defisit Fiskal Kian Bengkak
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan defisit fiskal mayoritas negara diproyeksi melebar akibat pandemi virus corona. Hal ini karena anggaran belanja naik signifikan di tengah anjloknya penerimaan negara.
Sri Mulyani mengatakan kebanyakan negara juga mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif pada awal tahun ini. Bahkan, beberapa negara sudah masuk jurang resesi.
"Semua negara menggunakan fiskal sebagai alat untuk kebijakan countercyclical, tapi pengaruh virus corona begitu dalam dan melumpuhkan ekonomi," ungkap Sri Mulyani dalam video conference, dikutip Kamis (3/9).
Indonesia sendiri diproyeksi mencatatkan defisit fiskal mencapai 6,3 persen tahun ini. Angka itu membengkak dari realisasi pada 2019 lalu yang hanya 2,1 persen.
Hal itu sejalan dengan memburuknya ekonomi dalam negeri. Ekonomi Indonesia tercatat minus 5,32 persen pada kuartal II 2020 atau berbanding terbalik dari kuartal I 2020 yang masih tumbuh 2,97 persen.
Lalu, Sri Mulyani menyatakan defisit fiskal India diproyeksi mencapai 7,2 persen pada 2020. Angkanya naik dari 2019 lalu yang defisit sebesar 4,4 persen.
Sementara, negara itu sudah masuk jurang resesi pada kuartal II 2020 setelah ekonominya minus dua kuartal berturut-turut. Rinciannya, ekonomi India minus 4,1 persen pada kuartal I 2020 dan minus 23,9 persen pada kuartal II 2020.
"Tekanan virus corona menyebabkan kontraksi ekonomi di semua negara pada kuartal II 2020. Kami berikan gambaran menarik. Kontraksi ekonomi dibandingkan dengan defisti fiskal," terang Sri Mulyani.
Ia memaparkan pertumbuhan ekonomi Spanyol minus 1,7 persen pada kuartal I 2020 dan minus 22,1 persen pada kuartal II 2020. Artinya, negara itu juga sudah resesi.
Defisit fiskal Spanyol diperkirakan tembus 11,5 persen pada 2020. Angkanya memburuk dari 2019 yang hanya defisit 2,8 persen.
Sementara, ekonomi Inggris tercatat minus 21,7 persen. Beruntung, negara itu belum resesi karena pada kuartal I 2020 ekonominya masih tumbuh 3,1 persen.
Namun, defisit fiskal Inggris diramalkan melebar hingga 13,8 persen pada tahun ini. Sebelumnya, defisit fiskal negara tersebut sebesar 2,1 persen pada 2019.
Lalu, defisit fiskal Prancis tahun ini diproyeksi mencapai 11,4 persen atau naik dari 2019 lalu yang sebesar 3 persen.
Dari segi ekonomi, Prancis terlihat sudah masuk ke jurang resesi. Lihat saja, ekonomi Prancis pada kuartal I 2020 sudah minus 5,7 persen dan berlanjut hingga kuartal II 2020 yang minus 19 persen.
Hal yang sama terjadi di Meksiko dan Italia. Kedua negara itu juga sudah resesi pada kuartal II 2020.
Ekonomi Meksiko tercatat minus 1,4 persen pada kuartal I 2020 dan 18,9 persen pada kuartal II 2020. Kemudian, ekonomi Italia minus 5,5 persen pada kuartal I 2020 dan minus 17,3 persen pada kuartal II 2020.
Dari sisi fiskal, Meksiko diramalkan mencatatkan defisit anggaran sebesar 5 persen pada tahun ini. Angkanya melebar dari realisasi 2019 yang sebesar 1,6 persen.
Begitu juga dengan Italia. Defisit fiskal negara tersebut pada tahun lalu hanya 1,6 persen, tetapi tahun ini diproyeksi mencapai 11,7 persen.
Kemudian, defisit fiskal Jerman tahun ini diperkirakan 8,4 persen. Angka itu berbanding terbalik dengan realisasi 2019 yang surplus sebesar 1,4 persen.
Sementara, ekonomi Jerman sudah resesi pada kuartal II 2020. Ekonomi negara tersebut minus 2,3 persen pada kuartal I 2020 dan minus 11,7 persen pada kuartal II 2020.
Selanjutnya, defisit fiskal Malaysia pada 2020 diramalkan tembus 6,5 persen atau naik dari 2019 lalu yang hanya 3,4 persen.
Ini seiring dengan memburuknya perekonomian Malaysia yang mencatatkan minus 17,1 persen pada kuartal II 2020. Namun, negara itu belum resesi karena ekonominya masih positif pada kuartal I 2020 sebesar 0,7 persen.
Sebaliknya, Filipina, Singapura, dan Thailand justru sudah masuk resesi pada kuartal II 2020. Rinciannya, ekonomi Filipina pada kuartal I 2020 minus 0,7 persen dan minus 16,5 persen pada kuartal II 2020.
Singapura sendiri tercatat minus 0,3 persen pada tiga bulan pertama tahun ini dan berlanjut minus 13,2 persen pada kuartal II 2020. Lalu, ekonomi Thailand minus 2 persen pada kuartal I 2020 dan minus 12,2 persen pada kuartal II 2020.
Defisit fiskal tiga negara tersebut juga diprediksi membengkak pada 2020. Filipina misalnya, defisit fiskal tahun ini diramalkan mencapai 7,6 persen atau naik dari 2019 yang sebesar 3,4 persen.
Singapura, defisit fiskalnya masih tipis pada 2019 yang sebesar 0,2 persen. Namun, tahun ini diproyeksi tembus 13,5 persen.
Lalu defisit fiskal Thailand tahun lalu hanya 2,8 persen. Namun, defisit itu diperkirakan membengkak pada 2020 menjadi 6 persen.
Begitu juga dengan Jepang yang defisit fiskalnya diprediksi melebar menjadi 11 persen pada tahun ini dari sebelumnya yang hanya 2,6 persen. Lalu, defisit fiskal Amerika Serikat (AS) tahun ini diproyeksi mencapai 17 persen, Hong Kong 9,6 persen, Rusia 4,5 persen, Korea Selatan 4,3 persen, Taiwan 1,9 persen, Vietnam 6,6 persen, dan China 6,5 persen.
Komentar
Posting Komentar