Gubernur DKI Jakarta Anies
Baswedan tidak akan menggelar Operasi Yustisi bagi pendatang di
Jakarta. Baginya, permasalahan kependudukan, seperti pemukiman kumuh,
dapat diatasi dengan pertumbuhan ekonomi.
"Biasa, kan kalau warga datang harus
melapor pada RT, RW kemudian kalau tinggal lebih dari 24 jam harus lapor.
Prosesnya harus seperti itu saja. Jadi bukan operasi di terminal terminal,
operasi di stasiun, bukan seperti itu, tapi sifatnya melayani bagi mereka yang
membutuhkan pelayanan kependudukan," ujar Anies di Balai Kota, Jakarta,
Senin (10/5).
Menurut Anies, masyarakat berbondong-bondong mengadu nasib ke Jakarta
diprediksi tidak akan meningkatkan pemukiman kumuh di Jakarta. Ia mengatakan
bahwa permasalahan tersebut dapat teratasi dengan pertumbuhan ekonomi yang
baik.
"Dengan pertumbuhan
ekonomi yang baik maka bisa mendapatkan pekerjaan yang baik, dengan mendapatkan
pekerjaan yang baik maka otomatis tempat tinggalnya pun akan menjadi lebih
baik. Jadi dorongan kita adalah pada pertumbuhan ekonomi," jelas Anies.
Anies juga mengklaim bahwa pertumbuhan ekonomi di Jakarta di atas rata-rata
nasional. Sehingga ia dan pihaknya akan terus mendorong banyaknya investasi dan
lapangan pekerjaan.
"Dan Alhamdulillah pertumbuhan ekonomi di Jakarta itu di atas rata-rata
nasional dan kita akan terus mendorong dengan kemudahan izin berusaha, kemudian
juga kita fasilitasi untuk berbagai macam kebutuhan untuk investasi. Jadi
harapannya nanti tenaga kerja yang tersedia bisa lebih banyak," terangnya.
Sebelumnya Anies memprediksi puluhan ribu pendatang baru
akan masuk Jakarta pasca libur lebaran 2019. Angka itu naik sekitar 2.000 orang
dari jumlah pendatang baru pada 2018.
"Kalau proyeksi kira-kira sekitar 71.000 (yang masuk) dibandingkan tahun
lalu 69.000," kata Anies di Puskesmas Kalideres, Jakarta, Senin (3/6).
Anies mengatakan pada 2018 sekitar 5.865.000 pemudik berangkat meninggalkan
Jakarta. Kemudian, pada arus balik ada 5.934.000 orang yang masuk ke Jakarta.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada
triwulan I 2019 mencapai 6,23 persen (yoy). Angka ini lebih rendah dari
triwulan sebelumnya yang mencapai 6,41 persen (yoy).
Komentar
Posting Komentar