Pemerintah Mozambik Buka Suara soal Amonium Nitrat di Libanon

 

Pemerintah Mozambik menyatakan tidak bertanggungjawab atas ledakan di Libanon meski perusahaan asal negaranya mengaku sebagai pemesan amonium nitrat.

Ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut diketahui disebabkan ribuan amonium nitrat yang disimpan digudang selama bertahun-tahun tanpa pengamanan.

Perusahaan swasta Mozambik, Fabrica de Explosivos de Mocambique (FEM) mengatakan kepada AFP bahwa mereka memang memesan amonium nitrat dari Georgia pada 2013 tapi tidak pernah menerimanya.
 
"Masalahnya bukan pada amonium nitrat, tapi kepada proses penyimpanan dan memahami mengapa (bahan) itu bertahan begitu lama di pelabuhan itu," kata juru bicara pemerintah Mozambik, Filimao Suaze kepada wartawan setelah pertemuan kabinet mingguan pada Selasa (11/8) malam.

"Kami ingin meyakinkan Anda bahwa cara kerja pejabat pelabuhan Mozambik dan perusahaan yang terkait dengan area ledaka sejalan dengan peraturan," ujarnya.
 
Amonium nitrat memiliki kegunaan ganda sebagai pupuk atau bahan peledak. Di Mozambik, bahan itu digunakan oleh industri pertambangan.
 
Sebuah sumber di FEM mengatakan kepada AFP bahwa perusahaan tersebut memesan amonium nitrat dari perusahaan yang berbasis di Georgia bernama Savaro pada 2013 untuk dikirim ke pelabuhan Beira di Mozambik.

"Namun pesanan tidak pernah terkirim," kata sumber yang meminta tidak disebutkan namanya dan tidak memberikan alasan mengapa tidak terkirim.
 
Dia mengatakan FEM tidak memiliki hubungan dengan pengirim atau perusahaan ekspedisi yang mungkin terlibat.
 
Setelah kargo itu ditahan di Beirut, sumber tersebut mengatakan Savaro "akhirnya mengirim kargo baru berisi amonium nitrat melalui kapal lain" ke FEM.
 
Menurut situs webnya, FEM yang berbasis di Maputo, didirikan pada 1955 dan memproduksi bahan peledak untuk tujuan komersial.
 
Pelabuhan di sepanjang garis pantai Mozambik sepanjang 2.470 kilometer secara teratur menangani amonium nitrat yang sebagian besar ditujukan ke negara lain di kawasan seperti Malawi, Afrika Selatan, Zambia, dan Zimbabwe.

Menurut pemerintah, mereka telah menangani setidaknya empat juta ton bahan kimia selama lima tahun terakhir dan Suaze mengatakan "tidak ada catatan kecelakaan".

Sedikitnya 171 orang tewas dan lebih dari 5.000 lainnya terluka akibat ledakan 2.750 ton amonium nitrat di gudang pelabuhan Beirut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ide Trading dari CGS International Sekuritas: BBRI, BBNI, EXCL, VKTR, INCO, PTPP

Proyeksi IHSG & Rekomendasi Saham BNGA, EXCL, BMRI, dan BKSL Untuk Rabu

BRI Life Menerima 4 Penghargaan dari 3 Institusi,Cetak Kinerja Positif Sepanjang 2023