Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Ahli Menduga Vaksin Corona Tak Ampuh Bagi Penderita Obesitas

 

Penelitian dari Universitas North Carolina menyatakan hampir 50 persen orang yang mengidap obesitas meninggal dunia akibat Covid-19. Peneliti menduga hal ini membuat vaksin untuk melawan penyakit tersebut kurang efektif.

Riset dari para ahli itu mengingatkan bahwa risiko bagi penderita obesitas lebih besar dari perkiraan sebelumnya berdasarkan sebuah studi komprehensif yang menggunakan data global.

Melansir The Guardian, Kamis (27/8) orang dengan obesitas dengan Body Mass Index (BMI) lebih dari 30, berisiko lebih besar terkena virus corona dalam segala hal. Risiko penderita obesitas berakhir di rumah sakit karena Covid-19 meningkat 113 persen.

Dari jumlah itu, penderita obesitas yang dirawat di ruang perawatan intensif sebesar 74 persen dan memiliki risiko kematian yang lebih tinggi akibat virus sebesar 48 persen.

"Itu angka menakutkan yang cukup tinggi. Jauh lebih tinggi dari yang pernah saya duga," ujar peneliti UNC Barry Popkin.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Obesity Reviews ini merupakan meta-analisis, yang menyatukan data dari banyak studi yang dilakukan di seluruh dunia, termasuk Italia, Prancis, Inggris, AS, dan China. Obesitas sendiri adalah masalah global yang belum ada negara berhasil mengatasinya.

Melansir Medical Express, para peneliti meninjau data imunologi dan biomedis untuk memberikan tata letak terperinci dari mekanisme dan jalur yang menghubungkan obesitas dengan peningkatan risiko Covid-19, serta kemungkinan peningkatan komplikasi yang lebih parah dari virus.

Obesitas sudah dikaitkan dengan banyak faktor risiko yang mendasari Covid-19, termasuk hipertensi, diabetes tipe 2, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan hati kronis.

Dalam penelitian itu, perubahan metabolisme yang disebabkan oleh obesitas, seperti resistensi insulin dan peradangan mempersulit individu dengan obesitas untuk melawan beberapa infeksi.

Selama masa infeksi, glukosa serum yang tidak terkontrol, yang umum terjadi pada individu dengan hiperglikemia dapat merusak fungsi sel kekebalan.

"Semua faktor ini dapat mempengaruhi metabolisme sel kekebalan, yang menentukan bagaimana tubuh merespons patogen, seperti virus corona SARS-CoV-2 ," kata rekan penulis Melinda Beck.

Untuk mengatasi hal itu, Popkin meminta pemerintah mengatasi kontributor makanan yang mendasari obesitas dan menerapkan kebijakan kesehatan masyarakat yang kuat yang terbukti mengurangi obesitas pada tingkat populasi.

Negara lain, seperti Chili dan Meksiko diketahui telah mengadopsi kebijakan mulai dari pajak makanan tinggi gula hingga memperkenalkan label peringatan pada makanan kemasan yang tinggi gula, lemak, natrium, serta membatasi pemasaran junk food untuk anak-anak.

"Mengingat ancaman signifikan Covid-19 bagi individu dengan obesitas, kebijakan makanan sehat dapat memainkan peran pendukung dan penting dalam mitigasi mortalitas dan morbiditas Covid-19," katanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini