Ahli Respons Studi RI Tembus 395 Ribu Positif Corona November

 

Proyeksi machine learning di situs Covid-19 Projections menunjukkan kurva kasus virus corona Covid-19 yang terus menanjak di Indonesia. Bahkan Chief of Infectious Diseases di University of Maryland Upper Chesapeake Health, Faheem Younus juga mencuitkan soal buruknya proyeksi kasus Covid-19 di Tanah Air.

Machine learning memprediksi akan ada kasus konfirmasi positif Covid-19 sebanyak 359,205 pada 1 November 2020. 

Ia mencuitkan hasil proyeksi kasus Covid-19 di Indonesia melalui akun Twitternya @FaheemYounus. Dalam cuitannya ia menyarankan agar pemerintah Joko Widodo melakukan tes, tracing dan isolasi sebelum terlambat.

 

 

Menanggapi hal ini, Ahli Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Laura Navika mengatakan machine learning itu bergantung pada kualitas data yang dikumpulkan. Semakin akurat data yang dikumpulkan, maka semakin akurat pula prediksi oleh machine learning.

Ketika ditanya soal potensi Indonesia menjadi episentrum Covid-19 baru di Asia, Laura mengatakan masih ada India dengan angka positif Covid-19 mencapai 2.153.010.

Akan tetapi ia mengatakan Indonesia perlu waspada terkait jumlah kasus yang terdeteksi di Indonesia. Sebab Laura mengatakan masih ada keterbatasan pengujian di lapangan yang membuat angka tidak akurat dengan angka yang sesungguhnya.

"Tetapi memang yang perlu diwaspadai bahwa apakah jumlah data di Indonesia sekarang sudah menunjukkan data yang sesuai apakah tidak ada keterbatasan pemeriksaan yang membuat datanya menjadi tidak real yang ada di lapangan," kata Laura.

Per 9 Agustus, kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia mencapai 125.396 bertambah 1.893 kasus. Dari jumlah tersebut, 80.952 orang sembuh dan 5.723 orang meninggal dunia.

Proyeksi Machine Learning tembus 359 ribu positif Covid-19

Berdasarkan situs Covid-19 Projections, machine learning memprediksi akan ada kasus konfirmasi positif Covid-19 sebanyak 359,205 pada 1 November 2020.  Prediksi terendah berada di angka 27.622 dan prediksi tertinggi di angka 1.677.221.

Machine learning juga memprediksi kasus  kematian akan berada di angka 11,809 kasus pada 1 November 2020. Prediksi terendah berada di angka 7.692 kematian dan prediksi tertinggi di angka 20.091 kematian.

Sebelumnya, rata-rata pengujian spesimen hanya berada di angka belasan ribu setelah Jokowi menargetkan uji tes mencapai 30 ribu per hari. 

Target itu baru terpenuhi pada uji spesimen pada tanggal 29 dan 30 Juli 2020. Pada 29 Juli target uji spesimen mencapai 30.261. Sedangkan, pada 30 Juli, jumlah spesimen yang diperiksa memang kembali mencapai target sebesar 30.046 dari 14.976 orang yang diperiksa. Hasilnya terdapat 1.904 kasus positif.

Angka 30 ribu tes itu masih rendah dibandingkan target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sesuai target WHO, suatu negara semestinya mampu melakukan testing 1.000 per 1 juta penduduk per minggu.

Apabila menggunakan asumsi jumlah penduduk Indonesia 260 juta jiwa, maka dibutuhkan tes Covid-19 sebanyak 260 ribu per minggu. Dengan demikian, target tes per hari berada di kisaran angka 37 ribu.

"Karena testing kita belum memenuhi standar WHO, sehingga jumlah data tampaknya juga belum bisa diandalkan. Memang dengan pelonggaran PSBB maka ada risiko penularan kasus sehingga testing dan tracing harus lebih agresif lagi sampai mendapatkan positivity rate di bawah 5 persen," ujar Laura. 

Menurut WHO rata-rata angka positivity rate global sebesar 5 persen, sementara Indonesia secara nasional masih berada di angka 12,9 persen per tanggal 9 Agustus.

"Kalaupun jumlah testing dan tracing sudah ditingkatkan kasus semakin banyak dan positivity rate masih di atas 5 persen artinya penularan masih ada ditengah-tengah masyarakat kita," kata Laura.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ide Trading dari CGS International Sekuritas: BBRI, BBNI, EXCL, VKTR, INCO, PTPP

Proyeksi IHSG & Rekomendasi Saham BNGA, EXCL, BMRI, dan BKSL Untuk Rabu

BRI Life Menerima 4 Penghargaan dari 3 Institusi,Cetak Kinerja Positif Sepanjang 2023